Fri. Dec 5th, 2025
Es Kepal Durian

Jakarta, odishanewsinsight.com – Sekitar tahun 2018, publik Indonesia sempat diguncang oleh satu kudapan manis yang mendadak viral di berbagai media sosial: es kepal milo. Dengan tampilan menggoda, tumpukan es serut padat disiram saus cokelat kental yang lumer—fenomena itu seakan jadi penanda bahwa dunia jajanan sudah tak bisa diremehkan. Tapi tren tak berhenti di sana. Beberapa kreator kuliner mulai bereksperimen.

Dan muncullah ide brilian: bagaimana kalau toppingnya diganti durian?

Es kepal durian pun lahir sebagai generasi baru—lebih berani, lebih beraroma, dan tentu lebih Indonesia. Kalau es kepal milo berasal dari Malaysia dan dicintai karena manis-legitnya, maka es kepal durian adalah jawaban lokal dengan karakter yang jauh lebih kuat.

Saya ingat betul ketika pertama kali mencicipi es kepal durian di sebuah festival kuliner di Semarang. Penjualnya, Mas Arif, seorang mantan barista yang banting setir jualan jajanan es, bilang dengan bangga, “Kalau es kepal milo bikin orang senyum, es kepal durian bikin orang lupa diri.” Saya tertawa waktu itu, tapi setelah mencicipi sesendok besar es yang bercampur daging durian montong matang, saya paham maksudnya.

Anatomi Es Kepal Durian—Kenikmatan yang Diracik dari Kesederhanaan

Es Kepal Durian

Kekuatan utama dari es kepal durian bukan pada kompleksitas bahan. Justru karena sederhananya sajian ini, semua elemen harus tampil maksimal.

1. Es Serut

Ini bukan sembarang es. Es harus diserut halus tapi tetap padat. Tujuannya, agar bisa “menggendong” topping di atasnya tanpa langsung meleleh. Beberapa penjual bahkan memakai es balok yang diproses manual agar teksturnya tidak terlalu cair seperti es blender biasa.

2. Saus Durian

Inilah bintang utamanya. Durian matang—biasanya jenis montong, petruk, atau lokal kampung—dihaluskan lalu dicampur sedikit susu kental manis, gula cair, dan kadang diberi sejumput garam untuk menyeimbangkan rasa. Yang jenius? Beberapa penjual menambahkan sedikit santan agar rasanya makin legit dan creamy.

3. Topping Tambahan

Karena pengaruh tren, banyak penjual kini menyajikan es kepal durian dengan berbagai topping: parutan keju, sereal, remahan biskuit, kacang tumbuk, hingga bubble tea. Tapi bagi puritan, cukup es, durian, dan sedikit susu. Simpel, padat, dan jujur.

Mungkin yang membuat es kepal durian begitu menarik adalah perpaduan sensasi suhu dan rasa. Es-nya dingin menggigit, saus duriannya kental dan aromatik, dan jika ditambah topping renyah, maka tercipta kontras tekstur yang menggoda lidah.

Budaya Durian di Indonesia—Kenapa Kita Tak Pernah Cukup?

Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen durian terbaik di dunia. Dari durian Medan, durian Palembang, sampai durian Kalimantan, masing-masing punya karakter khas. Tak heran, ketika durian dipadukan dengan es serut dalam sajian yang mudah dikonsumsi kapan pun dan di mana pun, masyarakat langsung jatuh cinta.

Durian di Indonesia bukan sekadar buah. Ia adalah budaya. Dulu, makan durian seringkali jadi acara keluarga. Duduk melingkar, buka kulit durian pakai golok, makan bareng tanpa sendok—sebuah ritual yang hampir sakral. Tapi kini, lewat es kepal durian, kenikmatan itu hadir dalam versi yang lebih modern dan instan.

Beberapa wilayah bahkan mulai mengangkat es kepal durian sebagai identitas lokal. Di Makassar, misalnya, beberapa UMKM mulai membuat warung khusus es kepal durian dengan variasi khas Bugis: tambahan tape ketan hitam dan sirup merah. Di Medan, para penjual bahkan menyajikannya dengan daging durian utuh, bukan hanya saus.

Bagi anak-anak muda yang mungkin tak suka bau menyengat durian, es kepal ini jadi cara “soft entry” untuk mengenal durian. Rasanya lebih smooth, aromanya teredam es, dan tampilannya kekinian—instagramable, katanya.

Dinamika Bisnis Es Kepal Durian—Tren Musiman atau Investasi Serius?

Banyak yang mengira es kepal durian hanyalah tren musiman. Tapi kalau kita perhatikan, pamornya justru makin stabil sejak muncul pertama kali. Di Jakarta, Bandung, hingga kota-kota kecil seperti Magelang atau Singkawang, penjual es kepal durian tetap eksis dan punya pelanggan tetap.

Faktor penyebabnya sederhana:

  1. Modal Kecil, Untung Besar
    Bahan baku murah dan proses penyajian cepat membuatnya efisien. Seorang penjual di Surabaya mengaku hanya butuh modal Rp 5 juta untuk gerobak dan stok awal.

  2. Segmentasi Pasar Luas
    Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua—semua bisa menikmati. Bahkan mereka yang “tak doyan durian” tetap tertarik mencoba karena konsepnya unik.

  3. Fleksibilitas Inovasi
    Pelaku usaha bisa mengubah topping sesuai musim atau tema. Es kepal durian rasa matcha? Ada. Pakai brownies? Pernah coba.

  4. Potensi Ekspor Lokal
    Beberapa kreator kuliner Indonesia bahkan mulai mengemas versi beku kepal durian dalam cup, lalu dipasarkan ke luar negeri, terutama negara-negara dengan diaspora Indonesia seperti Malaysia, Taiwan, hingga Australia.

Namun tentu, ada tantangan juga. Cuaca sangat memengaruhi penjualan. Saat musim hujan, permintaan bisa turun drastis. Selain itu, durian sebagai bahan utama punya harga yang fluktuatif. Solusinya? Banyak pebisnis mulai menyimpan stok puree durian beku saat panen raya, agar bisa tetap jualan di bulan-bulan “paceklik”.

Masa Depan Es Kepal Durian—Dari Pinggir Jalan ke Etalase Mall?

Tren makanan kekinian di Indonesia memang sering fluktuatif, tapi es kepal durian tampaknya berhasil bertahan lebih lama dari prediksi. Bahkan, ada peluang besar bagi sajian ini naik kelas ke ranah premium.

Bayangkan es kepal durian disajikan dalam kemasan elegan, dengan topping artisan seperti almond panggang, madu organik, atau bahkan saus karamel laut. Atau disajikan ala cafe dengan plating artistik dan varian rasa durian lokal dari berbagai provinsi—konsep “durian flight” mungkin?

Apalagi di era pasca-pandemi, di mana orang lebih menghargai comfort food dan keunikan kuliner lokal, kepal durian bisa jadi bintang baru yang menyatukan nostalgia, kesegaran, dan kebanggaan terhadap warisan buah tropis kita.

Pemerintah daerah pun bisa ikut andil. Festival kuliner berbasis durian misalnya, bisa menempatkan es kepal durian sebagai simbol kreativitas lokal. Bahkan pelatihan UMKM dengan fokus pada olahan durian kekinian dapat menciptakan peluang kerja baru.

Seorang pelanggan tetap di Bekasi pernah bilang, “Saya nggak suka durian. Tapi pas nyobain kepal durian, malah ketagihan. Ternyata durian itu enak ya, asal disajikan dengan gaya yang pas.” Kalimat itu, meski sederhana, menggambarkan kekuatan adaptif dari kuliner ini.

Penutup: Dinginnya Menyegarkan, Legitnya Menyentuh Kenangan

Es kepal durian bukan sekadar kudapan dingin. Ia adalah perwujudan dari banyak hal—tradisi yang dipoles modernitas, warisan rasa yang disajikan dengan inovasi, dan bukti bahwa makanan lokal bisa berjaya di panggung kekinian tanpa kehilangan jati dirinya.

Saat kamu menyuapkan es yang meleleh perlahan di mulut, bercampur manis-pahit khas durian, kamu tak hanya merasakan rasa. Kamu sedang menggigit kenangan masa kecil, menyentuh kearifan lokal, dan mungkin—membayangkan masa depan kuliner Indonesia yang makin berani dan kreatif.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Baca Juga Artikel dari: Ferrero Rocher: Coklat Mewah yang Bikin Nagih!

Author