Jakarta, odishanewsinsight.com – Di sudut-sudut jalan Cirebon, ada pemandangan yang kerap bikin orang menoleh dua kali: gerobak sederhana dengan tabung gas kecil, ulekan batu, dan aroma kacang goreng yang baru saja ditumbuk. Di atas meja kayu, lontong, tauge, bihun, tahu, serta kerupuk putih berjajar rapi menanti untuk disiram kuah kacang kental. Inilah ketoprak Cirebon, kuliner kaki lima yang tak hanya mengenyangkan, tapi juga memeluk kita dengan cita rasa sederhana nan jujur.
Meski ketoprak sering dikaitkan dengan Jakarta, Cirebon punya versi khas yang tak kalah memikat. Perbedaannya terletak pada cara penyajian, kelembutan lontong, serta kekhasan bumbu kacang yang cenderung lebih manis, kental, dan kaya rasa. Tidak sedikit orang luar kota yang mampir ke Cirebon untuk sekadar mencari sepiring ketoprak legendaris di jalanan yang ramai oleh becak, motor, dan hiruk pikuk pedagang kaki lima.
Artikel ini akan membedah tuntas dunia Ketoprak Cirebon: dari sejarah, filosofi, perbedaan dengan ketoprak daerah lain, hingga alasan mengapa kuliner ini tetap bertahan di tengah gempuran makanan modern.
Sejarah dan Filosofi Ketoprak

Asal-usul Ketoprak
Ada banyak versi mengenai asal-usul ketoprak. Sebagian orang percaya bahwa kuliner ini pertama kali populer di Jawa Barat dan Jakarta pada awal abad ke-20. Nama “ketoprak” sendiri unik, konon berasal dari bunyi “ketuprak” ketika bahan-bahan dijatuhkan ke piring, atau ada juga yang menghubungkannya dengan seni panggung ketoprak dari Jawa Tengah.
Di Cirebon, ketoprak mulai dikenal sejak era 1970-an, ketika para pedagang kaki lima mulai menjual lontong dengan bumbu kacang sebagai alternatif murah dan mengenyangkan bagi pekerja dan mahasiswa. Filosofi ketoprak sederhana: sepiring makanan harus bisa memadukan unsur karbohidrat, protein, dan sayur, lalu dipersatukan oleh bumbu kacang yang kaya akan rasa dan energi.
Filosofi Hidangan
Ketoprak Cirebon mengajarkan tentang kesederhanaan. Bahan-bahannya murah, tapi penuh makna. Lontong melambangkan persatuan (nasi yang dipadatkan), tauge menyimbolkan kesegaran hidup, tahu sebagai sumber protein rakyat jelata, sementara kerupuk memberi keriangan di setiap gigitan.
Anekdot fiktif: seorang pedagang ketoprak di kawasan Pasuketan pernah berkata, “Ketoprak itu makanan demokratis. Mau pejabat, tukang becak, atau mahasiswa, kalau duduk di bangku kayu saya, semua sama-sama makan dengan lahap.”
Ciri Khas Ketoprak Cirebon Dibandingkan Daerah Lain
Ketoprak memang tersebar di berbagai kota besar, tapi Cirebon punya sentuhan berbeda.
1. Bumbu Kacang Lebih Kental dan Manis
Cirebon dikenal dengan kuliner bercita rasa manis legit, seperti empal gentong dan tahu gejrot. Tak heran, ketoprak di kota ini juga cenderung memiliki kuah kacang lebih manis, pekat, dan berminyak halus karena penggunaan kacang tanah sangrai berkualitas.
2. Lontong yang Lembut dan Padat
Berbeda dengan ketoprak Jakarta yang kadang menggunakan ketupat, di Cirebon lontong lebih sering dipakai. Teksturnya lembut tapi padat, cocok menyerap bumbu kacang.
3. Kerupuk dan Pelengkap
Ketoprak Cirebon biasanya menyajikan kerupuk putih renyah berukuran besar, kadang ditambah emping atau kerupuk mie khas Jawa Barat.
4. Tambahan Kecap Lokal
Cirebon punya produksi kecap manis lokal yang khas, memberi cita rasa berbeda pada racikan kuah.
5. Tempat Makan Sederhana
Banyak penjual ketoprak Cirebon masih setia dengan gerobak kaki lima dan kursi panjang kayu, sehingga nuansa otentik terasa kuat.
Contoh nyata: wisatawan asal Jakarta sering mengaku ketoprak Cirebon lebih “berat” dan mengenyangkan, cocok untuk sarapan sebelum menjelajah kota.
Proses Pembuatan dan Rahasia Kenikmatan
Bahan Utama
-
Lontong: karbohidrat pengganjal perut.
-
Tauge: direbus sebentar agar tetap segar.
-
Bihun: menambah variasi tekstur.
-
Tahu goreng: sumber protein nabati.
-
Kerupuk: pelengkap wajib.
Bumbu Kacang
Inilah bintang utama ketoprak. Bumbu kacang dibuat dari kacang tanah sangrai, bawang putih, cabai rawit, gula merah, garam, kecap manis, dan perasan jeruk limau. Semuanya diulek hingga halus, lalu disiramkan ke atas lontong dan sayur.
Proses Ulek yang Sakral
Banyak pedagang masih mengulek bumbu langsung di atas cobek batu, tepat sebelum dihidangkan. Konon, cara ini menjaga aroma kacang dan bawang tetap segar, tidak kalah dengan blender modern.
Anekdot fiktif: seorang pelanggan langganan di Cirebon berkata, “Kalau bumbu ketopraknya pakai blender, rasanya beda. Saya lebih suka lihat tukang ketoprak ulek pelan-pelan sambil ngobrol. Itu bagian dari ritual makan.”
Ketoprak sebagai Identitas Kuliner Cirebon
Simbol Kerakyatan
Ketoprak Cirebon adalah makanan rakyat. Harganya terjangkau, bisa dinikmati semua kalangan. Dari buruh pabrik hingga wisatawan asing, semua bisa duduk berdampingan menikmati sepiring ketoprak.
Daya Tarik Wisata
Selain empal gentong dan nasi jamblang, ketoprak mulai masuk daftar kuliner wajib coba di Cirebon. Beberapa food vlogger bahkan merekomendasikan ketoprak legendaris di kawasan Pasuketan, Kejaksan, dan sekitar stasiun.
Peran Sosial
Warung ketoprak sering jadi ruang sosial dadakan. Banyak kisah mahasiswa yang merancang skripsi di warung ketoprak, atau pekerja yang menjadikan tempat itu sebagai “kantor informal” sore hari.
Gempuran Kuliner Modern
Meski restoran cepat saji makin menjamur, ketoprak tetap bertahan. Kekuatan utamanya ada pada rasa nostalgia dan harga yang bersahabat.
Contoh nyata: di era digital, beberapa penjual ketoprak Cirebon bahkan sudah memanfaatkan aplikasi pesan antar, membuktikan bahwa tradisi bisa tetap relevan di zaman modern.
Masa Depan Ketoprak Cirebon
Inovasi Menu
Beberapa pedagang mulai menawarkan varian baru: ketoprak telur, ketoprak ayam suwir, bahkan ketoprak vegetarian dengan tambahan tempe organik.
Branding Kuliner Lokal
Pemerintah daerah berpeluang besar menjadikan ketoprak Cirebon sebagai identitas resmi kuliner, seperti halnya nasi jamblang.
Peluang Bisnis
Dengan harga bahan baku yang relatif murah dan margin keuntungan yang stabil, ketoprak berpotensi jadi usaha kuliner menjanjikan.
Harapan Generasi Muda
Generasi muda Cirebon mulai melirik ketoprak bukan hanya sebagai makanan harian, tapi juga sebagai produk kuliner kreatif. Misalnya, membuat kemasan modern untuk dijual secara online.
Visi optimis: 10 tahun ke depan, ketoprak Cirebon bisa menembus pasar internasional sebagai bagian dari diplomasi kuliner Indonesia.
Kesimpulan: Sepiring Ketoprak, Sejuta Rasa dan Kenangan
Ketoprak Cirebon bukan hanya soal lontong, bihun, atau bumbu kacang. Ia adalah simbol bagaimana kuliner bisa menyatukan kelas sosial, menjaga tradisi, sekaligus beradaptasi dengan zaman. Dari gerobak sederhana di pinggir jalan, ketoprak telah menjadi ikon kuliner yang membuat banyak orang rela kembali ke Cirebon hanya untuk merasakan lagi rasa manis legit yang tak tergantikan.
Pada akhirnya, ketoprak adalah kisah tentang kehidupan: sederhana, murah, tapi penuh makna. Seperti kata pepatah lokal yang sering diulang pedagang, “Kalau sudah makan ketoprak, masalah hidup jadi terasa lebih ringan.”
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Sate Ayam: Ikon Kuliner Nusantara Tak Pernah Kehilangan Pesona
