Fri. Dec 5th, 2025
Bubur Manado

Sulawesi Utara, odishanewsinsight.com – Terkenal dengan kekayaan kulinernya yang berani rasa, penuh rempah, dan berkarakter. Dari rica-rica pedas hingga olahan ikan segar, setiap hidangan punya ciri khas tersendiri. Namun, ada satu makanan yang menempati posisi istimewa di hati masyarakat: Bubur Manado, atau yang akrab disebut Tinutuan.

Bayangkan pagi hari di Manado. Udara masih sejuk, jalanan mulai ramai, dan dari dapur tradisional terdengar bunyi panci bergemerincing. Aroma labu kuning, jagung, dan sayur-sayuran yang direbus perlahan menyatu dengan wangi daun kemangi. Itulah momen lahirnya semangkuk bubur Manado yang sederhana namun begitu menggugah selera.

Tak heran jika hidangan ini bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas masyarakat Manado. Bagi sebagian orang, tinutuan adalah sarapan yang memberi energi. Bagi yang lain, ia adalah simbol kebersamaan, karena biasanya disantap dalam porsi besar bersama keluarga.

Sejarah dan Filosofi Bubur Manado

Bubur Manado

Bubur Manado bukan sekadar bubur nasi biasa. Ia adalah cermin budaya agraris masyarakat Sulawesi Utara yang hidup berdampingan dengan alam. Dulu, tinutuan lahir dari kebiasaan masyarakat memanfaatkan hasil bumi sekitar: jagung dari ladang, ubi dari kebun, dan sayur mayur dari halaman rumah.

Sejarah mencatat bahwa bubur ini mulai populer di kalangan rakyat jelata, terutama saat masa sulit. Ketika beras sulit didapat, masyarakat mencampurnya dengan jagung dan umbi-umbian agar tetap bisa makan kenyang. Dari situlah bubur Manado berkembang, bukan hanya sebagai makanan pengganjal lapar, tetapi juga simbol kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Filosofi tinutuan erat kaitannya dengan kebersamaan. Bubur ini biasanya dimasak dalam jumlah besar, lalu disantap bersama-sama. Di beberapa desa, orang tua bercerita bahwa memasak tinutuan bukan pekerjaan satu orang saja. Ada yang menyiapkan jagung, ada yang mengiris sayur, dan ada yang menjaga api tungku. Semua ikut terlibat, semua kebagian rasa.

Cita Rasa dan Komposisi Bubur Manado

Bubur Manado terkenal dengan perpaduan bahan-bahan sederhana yang justru menghasilkan rasa luar biasa. Komposisinya biasanya meliputi:

  • Nasi putih yang menjadi dasar bubur.

  • Jagung manis pipil yang memberi tekstur renyah dan rasa legit.

  • Labu kuning yang memberi warna kuning cerah sekaligus rasa manis gurih alami.

  • Ubi atau singkong sebagai penguat rasa kenyang.

  • Sayuran segar seperti kangkung, bayam, daun gedi, hingga daun kemangi yang memberi aroma khas.

Yang menarik, bubur Manado jarang dimasak dengan bumbu berat. Tidak ada santan pekat atau rempah berlebihan. Justru kesederhanaan itulah yang membuatnya menonjol. Rasa manis alami dari jagung berpadu dengan gurih nasi, sementara sayuran menambah kesegaran.

Biasanya, bubur ini disajikan bersama pelengkap seperti sambal roa (sambal ikan roa asap khas Manado), perkedel jagung, atau ikan asin. Kombinasi gurih, pedas, dan segar inilah yang membuatnya unik. Satu suap tinutuan dengan sambal roa, dijamin bikin keringat bercucuran sekaligus hati hangat.

Bubur Manado di Meja Keluarga dan Festival

Di Manado, bubur ini lebih dari sekadar sarapan. Ia adalah makanan keluarga yang akrab hadir di meja makan. Banyak orang Manado punya kenangan masa kecil ketika duduk mengelilingi meja sambil menikmati tinutuan buatan ibu atau nenek.

Ada pula cerita tentang bagaimana bubur ini jadi “menu wajib” saat ada tamu dari luar kota. Para tuan rumah merasa bubur Manado adalah cara terbaik memperkenalkan identitas kuliner mereka. “Kalau belum makan tinutuan, belum sah datang ke Manado,” begitu kata pepatah lokal yang sering diucapkan setengah bercanda.

Selain di rumah, bubur Manado juga punya panggung khusus dalam festival kuliner. Salah satunya adalah Festival Tinutuan yang digelar di Manado setiap tahun. Dalam festival itu, jalanan dipenuhi gerobak dan tenda yang menyajikan berbagai variasi tinutuan. Ada yang menambahkan ikan cakalang fufu, ada pula yang menekankan sayuran organik. Atmosfernya meriah, penuh tawa, dan tentu saja aroma menggoda.

Nilai Gizi dan Manfaat Kesehatan

Salah satu alasan bubur Manado tetap populer adalah karena ia bukan hanya enak, tapi juga sehat. Kandungan gizinya sangat lengkap, karena terdiri dari karbohidrat, protein nabati, serat, vitamin, dan mineral.

  • Jagung dan labu kuning memberi energi sekaligus serat yang baik untuk pencernaan.

  • Sayuran hijau kaya akan vitamin A, C, dan zat besi.

  • Daun kemangi memiliki aroma khas sekaligus manfaat menenangkan pencernaan.

  • Ubi kaya akan antioksidan yang mendukung kesehatan tubuh.

Tak heran jika banyak ahli gizi di Indonesia merekomendasikan tinutuan sebagai sarapan sehat. Bahkan, di beberapa klinik kesehatan di Manado, bubur ini sempat diperkenalkan sebagai bagian dari program diet sehat berbasis pangan lokal.

Seorang dokter gizi di Manado pernah berkata, “Bubur Manado itu paket lengkap. Rendah lemak, tinggi serat, dan penuh nutrisi. Kalau dimakan rutin, bisa membantu menjaga berat badan ideal sekaligus meningkatkan imunitas.”

Resep Sederhana Membuat Bubur Manado di Rumah

Bagi yang ingin mencoba memasak sendiri, resep bubur Manado sebenarnya cukup sederhana. Berikut langkah-langkah dasarnya:

Bahan:

  • 200 gram beras putih

  • 1 buah jagung manis, pipil

  • 150 gram labu kuning, potong dadu

  • 100 gram ubi jalar atau singkong, potong kecil

  • Segenggam kangkung, bayam, atau daun gedi

  • Beberapa helai daun kemangi

  • Garam secukupnya

Cara Membuat:

  1. Rebus beras dengan air hingga menjadi bubur.

  2. Masukkan jagung, labu, dan ubi, masak hingga empuk.

  3. Tambahkan garam secukupnya untuk rasa dasar.

  4. Masukkan sayuran hijau terakhir agar tidak terlalu layu.

  5. Tambahkan daun kemangi sebelum diangkat untuk aroma segar.

Sajikan bubur Manado panas-panas dengan pelengkap seperti sambal roa atau ikan asin. Dijamin, suasana rumah langsung terasa hangat seperti di Manado.

Bubur Manado di Era Modern – Dari Warung Hingga Restoran Mewah

Kini, bubur Manado tidak hanya ditemukan di dapur rumah atau warung tradisional. Ia sudah menembus kafe modern hingga restoran hotel berbintang. Beberapa restoran di Jakarta dan Bali bahkan menjadikannya menu sarapan andalan bagi turis mancanegara.

Namun, daya tarik utamanya tetap sama: kesederhanaan. Meski disajikan di meja elegan dengan plating modern, bubur Manado tetap membawa nuansa rumah. Rasanya membuat banyak perantau asal Manado meneteskan air mata rindu ketika mencicipinya di kota besar.

Di sisi lain, beberapa inovasi juga bermunculan. Ada bubur Manado vegan yang sepenuhnya berbahan nabati. Ada pula varian fusion yang dipadukan dengan topping keju atau ayam panggang. Meski terdengar aneh, variasi ini menunjukkan betapa fleksibelnya tinutuan untuk beradaptasi dengan zaman.

Kesimpulan

Bubur Manado atau tinutuan bukan hanya makanan khas Sulawesi Utara. Ia adalah simbol tradisi, kesehatan, dan kebersamaan. Dari sejarahnya yang lahir di masa sulit hingga keberadaannya di meja makan modern, bubur ini membuktikan bahwa makanan sederhana bisa membawa makna mendalam.

Dengan cita rasa unik, nilai gizi tinggi, dan cerita budaya yang mengiringi, bubur Manado pantas disebut sebagai salah satu kuliner nusantara yang patut dibanggakan. Ia bukan hanya hidangan, tetapi juga jendela untuk memahami kearifan lokal masyarakat Manado.

Jadi, jika suatu hari Anda berkunjung ke Manado, pastikan satu hal: jangan pulang sebelum mencicipi semangkuk hangat tinutuan. Karena dalam setiap sendoknya, ada cerita panjang tentang tanah, alam, dan kebersamaan.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Baca Juga Artikel Dari: Papeda Maluku: Filosofi Kehangatan dalam Semangkuk Sagu

Author