JAKARTA, odishanewsinsight.com – Mille Feuille dikenal sebagai salah satu kue klasik Prancis yang paling elegan. Namanya berarti “seribu lapis” dalam bahasa Prancis, merujuk pada lapisan tipis pastry yang renyah dipadu krim lembut di dalamnya. Kue ini sudah ada sejak abad ke-17 dan dipercaya pertama kali populer di kalangan bangsawan Eropa.
Kisah menarik datang dari legenda dapur kerajaan. Disebutkan bahwa seorang koki istana sengaja mencoba variasi puff pastry dengan lapisan ekstra, lalu menambahkan krim kocok manis di antaranya. Resep itu berkembang hingga akhirnya dikenal dengan nama MilleFeuille. Sejak saat itu, kue ini sering muncul di pesta mewah dan jamuan formal.
Di masa kini, MilleFeuille tidak lagi eksklusif milik istana. Banyak toko roti modern di berbagai negara yang membuat variasinya, baik dengan krim vanilla, custard, hingga sentuhan rasa buah segar. Namun esensinya tetap sama: kue dengan tekstur berlapis yang menghadirkan kombinasi rasa renyah dan lembut.
Struktur Klasik dan Variasi Modern

Secara tradisional, Mille Feuille terdiri dari tiga lapis puff pastry yang dipanggang hingga renyah, diselingi dua lapis krim custard. Bagian atas biasanya dilapisi icing putih dengan motif garis cokelat klasik yang khas. Struktur sederhana ini justru yang membuatnya begitu anggun.
Di tangan pastry chef modern, MilleFeuille menjadi kanvas kreativitas. Ada yang menambahkan lapisan stroberi segar, ada pula yang mengganti krim dengan mousse cokelat. Bahkan, restoran haute cuisine di Paris sering menambahkan sentuhan dekoratif seperti daun emas atau taburan bubuk matcha.
Di Indonesia, MilleFeuille mulai populer di kafe-kafe besar dan bakery premium. Seorang pemilik toko roti di Jakarta pernah berbagi cerita bahwa pelanggan sering meminta varian lokal, seperti MilleFeuille dengan krim pandan atau durian. Permintaan itu menunjukkan bagaimana makanan klasik Eropa bisa beradaptasi dengan selera Nusantara.
Mille Feuille sebagai Simbol Gaya Hidup
Lebih dari sekadar makanan, Mille Feuille kini sering dianggap simbol gaya hidup modern. Banyak orang yang mengunggah foto kue ini di media sosial, menjadikannya bagian dari tren kuliner estetik. Tekstur lapisan yang rapi dan topping mengilap memang sangat fotogenik, cocok untuk konten digital.
Bahkan, dalam sebuah acara komunitas pecinta pastry di Bandung, MilleFeuille dijadikan centerpiece hidangan. Para peserta terkesima bukan hanya karena rasa, tetapi juga keindahan visualnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa MilleFeuille berhasil menempati ruang antara makanan dan seni.
Di kalangan generasi muda, mencicipi MilleFeuille sering kali dianggap sebagai pengalaman “luxury accessible.” Tidak semahal fine dining, tetapi tetap membawa nuansa elegan.
Tantangan Membuat Mille Feuille di Rumah
Meski tampak sederhana, membuat Mille Feuille di rumah tidak semudah membelinya di toko. Proses membuat puff pastry berlapis membutuhkan kesabaran, terutama dalam menggiling adonan dan melipatnya berkali-kali agar menghasilkan tekstur renyah.
Banyak baker rumahan akhirnya memilih menggunakan puff pastry siap pakai agar lebih praktis. Tantangannya kemudian ada pada krim custard yang harus dibuat lembut dan konsisten. Tidak sedikit yang gagal karena krim terlalu cair atau justru terlalu padat.
Namun, ada kepuasan tersendiri saat berhasil menyajikan MilleFeuille buatan tangan. Seorang teman pernah bercerita bahwa ia mencoba membuat MilleFeuille di dapurnya untuk ulang tahun ibunya. Meski tampilannya tidak sempurna, rasa bangga melihat keluarga menikmatinya membuat semua kerja keras terasa terbayar.
Masa Depan Mille Feuille dalam Tren Kuliner
Mille Feuille diprediksi akan terus bertahan sebagai ikon pastry global. Di tengah gempuran tren makanan cepat saji, kue ini menjadi pengingat bahwa kesabaran dan detail bisa menghasilkan karya yang indah.
Di Asia, termasuk Indonesia, MilleFeuille semakin mendapat tempat di hati pencinta kuliner. Kolaborasi antara chef lokal dan teknik klasik Prancis membuka jalan bagi variasi unik yang lebih dekat dengan lidah masyarakat. Bayangkan MilleFeuille dengan sentuhan kopi Gayo atau cokelat asal Sulawesi, tentu akan menjadi daya tarik tersendiri.
Kehadirannya di industri kuliner modern juga memperlihatkan bagaimana makanan bisa melintasi budaya tanpa kehilangan identitas aslinya. MilleFeuille tetaplah MilleFeuille, meski tampil dalam ragam rasa dan gaya penyajian yang berbeda.
Kesimpulan
Mille Feuille adalah perwujudan harmoni antara tekstur, rasa, dan estetika. Dari dapur istana Prancis hingga kafe kekinian di Jakarta, kue ini membuktikan bahwa makanan bisa menjadi simbol budaya sekaligus tren gaya hidup.
Setiap lapisan renyahnya menyimpan cerita tentang sejarah, inovasi, dan cinta pada detail. Bagi siapa pun yang ingin merasakan kombinasi klasik dan modern dalam satu gigitan, MilleFeuille adalah pilihan yang tepat.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Food
Baca juga artikel lainnya: Pain au Chocolat: Roti Prancis dengan Pesona Modern
