Jakarta, odishanewsinsight.com – Bayangkan duduk di sebuah restoran elegan di Beijing, meja penuh dengan piring kecil berisi saus kental, timun segar, daun bawang yang dipotong tipis, dan pancake tipis yang hampir transparan. Tidak lama kemudian, seorang koki keluar sambil mendorong troli. Di atasnya, seekor bebek panggang berwarna cokelat kemerahan dengan kulit mengkilap seperti pernis. Pisau tajam berkilau di tangannya, siap memotong tipis-tipis kulit dan daging bebek dengan presisi yang hampir seperti seni. Inilah momen yang ditunggu: Bebek Peking, hidangan yang bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal tradisi, kebanggaan, dan warisan budaya.
Bebek Peking bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol kejayaan kuliner Tiongkok, menu yang dahulu hanya disajikan untuk kaisar dan pejabat istana, kini bisa dinikmati siapa pun yang berani mencicipi kelezatannya. Dari restoran klasik di Beijing hingga hotel bintang lima di Jakarta, Bebek Peking selalu membawa cerita panjang tentang perjalanan rasa.
Sejarah Panjang Bebek Peking – Dari Istana ke Dunia

Sejarah Bebek Peking bisa ditelusuri hingga abad ke-13, masa Dinasti Yuan. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada masa itu, daging bebek mulai populer di kalangan bangsawan Tiongkok. Namun, popularitasnya benar-benar melejit di era Dinasti Ming, ketika hidangan ini dijadikan menu khusus di istana kekaisaran.
Di Beijing, tepatnya di sebuah rumah makan bernama Bianyifang yang berdiri sejak abad ke-15, Bebek Peking menjadi primadona. Teknik panggang dengan oven batu bata tertutup mulai diperkenalkan, menghasilkan kulit bebek yang renyah namun tetap mempertahankan kelembutan daging. Dari sinilah reputasi Bebek Peking sebagai hidangan eksklusif tersebar luas.
Ada satu anekdot menarik: konon, seorang kaisar Dinasti Ming begitu terobsesi dengan Bebek Peking hingga ia meminta koki istana menyajikannya hampir setiap hari. Para tamu asing yang berkunjung ke Tiongkok juga kerap membawa cerita tentang hidangan ini ke negara mereka. Dari meja kekaisaran, Bebek Peking akhirnya melanglang buana menjadi ikon kuliner global.
Rahasia Teknik Memasak Bebek Peking
Membuat Bebek Peking bukanlah pekerjaan singkat. Ada ritual panjang yang membuatnya berbeda dari sekadar “bebek panggang biasa”. Prosesnya dimulai dari pemilihan bebek khusus, biasanya bebek berleher pendek dan gemuk yang diternakkan di sekitar Beijing.
Langkah paling unik adalah menggembungkan kulit bebek. Udara dipompa masuk di antara kulit dan daging agar keduanya terpisah. Tujuannya? Kulit bisa menjadi super renyah ketika dipanggang, sementara daging tetap juicy. Setelah itu, bebek direndam dalam bumbu sederhana seperti maltose (gula malt), cuka, dan rempah tertentu, lalu digantung untuk dikeringkan selama beberapa jam.
Proses pemanggangan juga memiliki dua gaya khas:
-
Oven tertutup (Bianyifang style) – bebek dipanggang perlahan di dalam oven batu bata.
-
Oven terbuka (Quanjude style) – bebek dipanggang dengan api kayu buah, biasanya pohon jujube atau pir, yang memberi aroma manis pada daging.
Hasil akhirnya? Kulit bebek renyah, mengkilap, dan berlapis rasa manis gurih. Koki kemudian memotong bebek menjadi sekitar 120 potong tipis, dengan teknik presisi agar tiap irisan mengandung kulit, lemak, dan sedikit daging.
Cara Menikmati Bebek Peking – Lebih dari Sekadar Makan
Makan Bebek Peking adalah sebuah ritual. Tidak bisa sembarangan. Biasanya, piring pertama yang disajikan adalah kulitnya saja, disantap dengan gula pasir atau saus kacang manis. Sensasinya? Kulit renyah meledak di mulut, berpadu dengan manis legit yang sederhana.
Selanjutnya, kombinasi klasik: kulit dan daging bebek dibungkus dengan pancake tipis, ditambah potongan timun dan daun bawang, lalu dicelupkan ke saus hoisin. Banyak orang menyebut momen ini sebagai “burrito ala Tiongkok”, tetapi tentu saja jauh lebih kompleks rasanya.
Di beberapa restoran otentik Beijing, bahkan ada menu lanjutan dari sisa bebek. Tulangnya bisa direbus menjadi sup bening, sementara potongan daging sisa dimasak dengan saus bawang putih. Jadi, tak ada yang terbuang.
Saya masih ingat cerita seorang turis Indonesia yang pertama kali mencoba BebekPeking di restoran Quanjude, Beijing. Ia berkata, “Saya kira hanya bebek panggang biasa. Tapi begitu gigit kulitnya, saya langsung paham kenapa orang Tiongkok begitu bangga.”
Bebek Peking dalam Dunia Kuliner Modern
Kini, Bebek Peking bukan hanya milik restoran tradisional Beijing. Di berbagai belahan dunia, hidangan ini telah mengalami adaptasi. Restoran mewah di Eropa dan Amerika sering menyajikan versi modern dengan plating artistik. Ada pula restoran fusion di Jakarta yang menambahkan sentuhan lokal, misalnya menyajikan Bebek Peking dengan sambal matah atau balado.
Namun, para puris kuliner berpendapat bahwa tak ada yang bisa menandingi versi asli Beijing. Bahkan, UNESCO sempat mempertimbangkan memasukkan teknik masak BebekPeking ke dalam daftar warisan budaya tak benda.
Yang menarik, di era media sosial, Bebek Peking semakin populer karena tampilannya yang fotogenik. Kulitnya yang berkilau, pancake yang ditata rapi, serta ritual pemotongan langsung di meja, semuanya membuat pengalaman makan terasa lebih “instagrammable”.
Bebek Peking di Indonesia – Antara Autentik dan Kreatif
Indonesia punya cerita sendiri soal Bebek Peking. Restoran-restoran Tionghoa di Jakarta, Surabaya, hingga Medan, menjadikan hidangan ini sebagai menu andalan. Ada yang berusaha mempertahankan keaslian dengan mendatangkan koki dari Beijing, ada pula yang menyesuaikan rasanya dengan lidah lokal.
Misalnya, beberapa restoran di Jakarta menambahkan saus sambal khas Nusantara agar lebih familiar bagi pelanggan. Sementara itu, di Bali, BebekPeking kerap hadir di hotel-hotel internasional sebagai bagian dari jamuan wisatawan.
Bahkan, beberapa chef Indonesia mulai berkreasi dengan “Bebek Peking Goreng” – kulitnya tetap renyah, tetapi dengan sentuhan bumbu khas seperti kunyit dan ketumbar. Walau mungkin membuat orang Beijing mengernyit, inovasi ini justru menjadi bukti bahwa kuliner adalah seni yang terus berevolusi.
Mengapa Bebek Peking Begitu Istimewa?
Pertanyaan ini selalu muncul: apa yang membuat Bebek Peking begitu legendaris? Jawabannya ada pada kombinasi antara teknik, sejarah, dan pengalaman makan.
-
Teknik Memasak Unik – proses pemompaan kulit, pengeringan, dan pemanggangan kayu buah menciptakan rasa yang tidak bisa ditiru dengan cara instan.
-
Sejarah Panjang – sejak era kaisar hingga kini, BebekPeking tetap dianggap sebagai hidangan kelas atas.
-
Ritual Penyajian – pemotongan langsung di meja memberi nuansa teatrikal yang memperkaya pengalaman kuliner.
-
Fleksibilitas Global – bisa disajikan dalam bentuk klasik atau modern, tetap menawan.
Bebek Peking bukan hanya makanan, melainkan warisan budaya yang hidup.
Kesimpulan: Bebek Peking, Lebih dari Sekadar Hidangan
Di balik kulit renyahnya, ada sejarah panjang tentang kaisar, koki istana, dan evolusi kuliner dunia. Di balik daging empuknya, ada filosofi tentang kesabaran, detail, dan keindahan teknik memasak. Bebek Peking adalah simbol bagaimana makanan bisa menyatukan orang dari berbagai latar belakang.
Bagi kita di Indonesia, mencicipi Bebek Peking berarti mencicipi sepotong sejarah dunia. Apakah itu di restoran Beijing klasik, hotel mewah di Jakarta, atau bahkan versi kreatif dengan sambal matah, BebekPeking selalu punya daya tarik tersendiri.
Dan mungkin, saat kita menggulung pancake tipis berisi kulit renyah, timun segar, dan saus manis gurih, kita sedang ikut melanjutkan tradisi ratusan tahun yang lahir dari dapur istana kekaisaran.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Kerang Rebus: Nikmatnya Street Food & Tips Masak di Rumah
