Jakarta, odishanewsinsight.com – Sore itu, di sebuah sudut Kota Tua Jakarta, saya bertemu seorang pedagang kaki lima yang menjual minuman dalam botol kaca kecil. Di depannya, papan kayu bertuliskan “Bir Pletok Asli Betawi – Dingin dan Hangat Ada”. Tanpa pikir panjang, saya duduk di bangku kayu lusuhnya, memesan segelas. Saat gelas disodorkan, aroma jahe, kayu manis, dan serai langsung menyeruak. Rasanya? Hangat, pedas ringan, dan menyegarkan. Anehnya, tidak ada rasa pahit atau efek mabuk seperti namanya. Justru badan terasa ringan.
Inilah Bir Pletok, minuman khas masyarakat Betawi yang namanya selalu bikin orang penasaran. Disebut “bir”, tapi tak mengandung alkohol sama sekali. Justru minuman ini dipercaya menyehatkan karena kaya akan rempah-rempah.
Dari segi sejarah, bir pletok bukan sekadar racikan iseng. Ia lahir sebagai simbol perlawanan budaya. Saat zaman penjajahan Belanda, warga pribumi sering melihat para tuan tanah Eropa minum bir atau anggur merah, sebuah simbol ‘kemewahan’ kala itu. Masyarakat Betawi, yang dikenal kreatif, menciptakan tandingannya: minuman berwarna merah, disajikan dalam gelas kaca, dengan bunyi “pletok-pletok” saat dikocok. Maka lahirlah nama: bir pletok.
Rahasia Resep Tradisional yang Bertahan Puluhan Tahun

Kalau kamu pikir bir pletok hanyalah air jahe biasa, kamu salah besar. Di balik satu gelas kecilnya, ada perpaduan lebih dari 7 jenis rempah. Bahan dasar yang paling umum adalah jahe merah, daun pandan wangi, daun jeruk purut, kayu manis, cengkeh, serai, dan kapulaga. Beberapa resep warisan keluarga bahkan menambahkan pala, secuil kayu secang untuk warna merah alami, dan sejumput garam untuk keseimbangan rasa.
Proses pembuatannya pun bukan sembarangan. Rempah-rempah harus dicuci bersih, lalu direbus dengan teknik khusus agar sari pati keluar maksimal tanpa membuat rasa terlalu tajam. Kayu secang menjadi pewarna alami, menciptakan warna merah keunguan seperti anggur.
Setelah direbus dan didinginkan, bir pletok bisa disajikan dalam dua versi: hangat dan dingin. Versi hangat biasa diminum malam hari, apalagi kalau sedang masuk angin atau pegal linu. Sementara versi dingin, biasanya disajikan saat acara hajatan Betawi atau festival budaya.
Salah satu penjual legendaris di kawasan Condet—seorang ibu bernama Mak Ipah—menyimpan resep turun-temurun dari neneknya yang dulu membuka warung di masa Orde Baru. Katanya, kuncinya ada di cara menyangrai jahe dan proporsi cengkeh yang pas. “Kalau kebanyakan cengkeh, nanti pahit. Kalau kurang, nggak harum,” ujarnya sambil tersenyum.
Bir Pletok di Tengah Gelombang Tren Kuliner Kekinian
Menariknya, di tengah serbuan minuman kekinian seperti Thai tea, es kopi susu, atau boba dengan topping keju asin, bir pletok justru mulai naik daun kembali. Alasannya? Orang mulai mencari sesuatu yang lebih sehat, autentik, dan lokal.
Generasi muda Jakarta kini mulai melihat bir pletok bukan sebagai minuman ‘kuno’, tapi sebagai heritage yang keren. Di beberapa kafe, bahkan sudah ada varian bir pletok sparkling (diberi soda ringan), bir pletok latte (dengan susu almond), atau bir pletok mocktail dengan lemon dan daun mint. Perpaduan unik ini bikin minuman tradisional terasa modern dan bisa diterima oleh lidah anak muda.
Salah satu tempat nongkrong di Kemang bahkan menyajikan bir pletok dengan whipped cream dan topping kayu manis bubuk. Sekilas mirip pumpkin spice latte, tapi ini versi lokalnya. Ada juga yang menjual dalam bentuk botolan premium lengkap dengan label desain vintage, menyasar pasar oleh-oleh dan wisatawan.
Dan yang mengejutkan, permintaan dari luar negeri pun mulai bermunculan. Beberapa pelaku usaha kuliner Betawi yang tergabung dalam koperasi rempah melaporkan adanya permintaan ekspor ke Malaysia, Singapura, bahkan Belanda. Rasa nostalgia, ditambah tren wellness, membuat bir pletok jadi barang unik yang diminati pasar global.
Khasiat Kesehatan Bir Pletok—Minuman Tradisional yang Kaya Manfaat
Meski tidak boleh diklaim sebagai obat, banyak yang percaya bahwa bir pletok punya khasiat kesehatan, terutama karena komposisinya terdiri dari bahan-bahan alami yang dikenal sebagai immuno booster.
-
Jahe merah menghangatkan tubuh, membantu meredakan batuk, masuk angin, dan memperlancar peredaran darah.
-
Serai dan daun pandan memberikan efek relaksasi dan bisa membantu menurunkan tekanan darah.
-
Kayu manis dan kapulaga dipercaya mengurangi kadar gula darah dan meningkatkan daya tahan tubuh.
-
Cengkeh memiliki sifat antibakteri dan antiinflamasi alami.
-
Kayu secang memberikan warna cantik serta dikenal sebagai antioksidan herbal.
Bahkan, beberapa ahli tanaman obat mencatat bahwa kombinasi bahan ini mampu memberikan efek detoks ringan jika dikonsumsi rutin dalam jumlah moderat. Tentu, tidak dalam satu malam ya. Konsumsi teratur adalah kuncinya.
Namun, seperti minuman rempah lainnya, bir pletok sebaiknya dihindari oleh mereka yang punya gangguan lambung akut. Efek pedas dari jahe bisa menimbulkan rasa perih jika dikonsumsi saat perut kosong atau terlalu banyak.
Kalangan ibu-ibu hamil pun sering disarankan minum bir pletok hangat untuk membantu sirkulasi dan mengatasi mual. Tapi tetap, sebaiknya konsultasi ke dokter dulu agar aman, karena tiap tubuh berbeda.
Bir Pletok, Identitas Kuliner Betawi yang Perlu Dijaga
Sebagai minuman khas Betawi, bir pletok memegang posisi penting dalam identitas budaya kuliner Jakarta. Ia bukan sekadar minuman. Ia adalah cerita, simbol resistensi budaya, dan perwujudan kreativitas masyarakat lokal.
Sayangnya, masih banyak yang belum kenal atau bahkan salah paham dengan namanya. Beberapa mengira bir pletok mengandung alkohol, padahal tidak sama sekali. Bahkan halal dikonsumsi anak-anak hingga lansia.
Pemerintah daerah sebenarnya sudah mulai mengangkat bir pletok dalam berbagai acara budaya, mulai dari Pekan Raya Jakarta, Festival Kuliner Betawi, hingga dijadikan salah satu produk unggulan UMKM binaan. Tapi upaya ini perlu didukung oleh generasi muda. Kita perlu membawa kembali bir pletok ke meja makan modern—bukan hanya di hajatan, tapi di kafe, hotel, dan restoran.
Kalau Thailand bisa mendunia dengan Thai tea, kenapa Jakarta tidak dengan bir?
Dan kabar baiknya, kini sudah banyak bir pletok dalam kemasan botol kaca yang bisa dibeli online. Beberapa UMKM bahkan menjual dalam bentuk bubuk instan yang tinggal diseduh air panas. Praktis, higienis, dan siap bersaing dengan teh celup di rak supermarket.
Penutup: Saatnya Bir Pletok Menyapa Dunia
Bir pletok bukan minuman biasa. Ia adalah perjalanan waktu, dari masa penjajahan hingga masa kini. Dari perlawanan budaya jadi tren gaya hidup. Dari dapur Mak Ipah di Condet, hingga kemungkinan masuk ke kafe vegan di Kyoto.
Kini, tugas kita sebagai penikmat kuliner lokal adalah menjaga, mengenalkan, dan memodernisasi warisan ini tanpa menghilangkan akarnya. Mari kita duduk sejenak, ambil gelas, hirup aroma rempahnya, dan nikmati tegukan demi tegukan. Rasakan hangatnya tubuh, segarnya rasa, dan kisah di balik tiap tetesnya.
Karena kadang, identitas bangsa bisa bersembunyi dalam hal-hal kecil—seperti segelas bir yang tidak memabukkan, tapi menenangkan.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Arikel dari: Potato Scallops: Gurih, Renyah, dan Bikin Nagih!
