Sun. Dec 7th, 2025
Getuk Lindri

Jakarta, odishanewsinsight.com – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kuliner Indonesia dipenuhi tren baru: makanan viral, dessert aesthetic, dan minuman manis yang dibuat khusus untuk konten media sosial. Namun di tengah semua itu, ada satu kuliner tradisional yang justru kembali mencuri perhatian—Getuk Lindri. Jajanan berwarna-warni yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ini bukan hanya mengingatkan kita pada masa kecil, tetapi juga menawarkan cita rasa sederhana yang ternyata masih sangat relevan bagi generasi saat ini.

Dalam laporan kuliner dari sejumlah media nasional, Getuk Lindri disebut sebagai “jajanan nostalgia yang tidak lekang oleh waktu”. Ada alasan kuat di balik pernyataan itu. Meskipun bahan utamanya hanyalah singkong, gula, dan sedikit pewarna, Getuk Lindri punya keunikan pada teksturnya yang lembut dan bentuknya yang dipilin panjang. Ia sederhana, tetapi tidak biasa.

Saya masih ingat satu kisah fiktif dari seorang mahasiswa yang berasal dari Magelang. Ia bercerita bahwa setiap pulang kampung, ibunya selalu membawakannya sebungkus Getuk Lindri sebagai bekal kembali ke Jakarta. Temannya yang anak rantau dari Bandung pun akhirnya ikut kecanduan jajanan ini. “Awalnya cuma nyicip sedikit, eh lama-lama saya yang minta dibawain,” katanya. Anekdot seperti ini menggambarkan bagaimana kekuatan cita rasa tradisional mampu menembus lintas generasi.

Getuk Lindri kini bukan hanya ada di pasar tradisional, tetapi juga mulai hadir di cafe modern, stand festival, hingga menjadi produk UMKM dengan kemasan kekinian. Mungkin ini terdengar sedikit ironis, tapi justru transformasi inilah yang membuat Getuk Lindri kembali menjadi pusat perhatian.

Asal-Usul Getuk Lindri: Jajanan Singkong yang Punya Jejak Panjang

Untuk memahami kenapa Getuk Lindri begitu melekat di hati masyarakat, kita perlu menelusuri asal-usulnya. Getuk sebagai jajanan tradisional sebenarnya sudah ada sejak masa kolonial. Saat itu singkong menjadi salah satu bahan pangan utama karena lebih mudah dibudidayakan dibandingkan beras. Masyarakat pedesaan kemudian mengolah singkong menjadi berbagai jenis camilan, salah satunya getuk.

Dari Getuk Biasa ke Getuk Lindri

Getuk tradisional biasanya dibuat dengan cara ditumbuk lalu dicampur parutan kelapa. Namun Getuk Lindri tampil berbeda. Ia digiling menggunakan alat khusus sehingga teksturnya menjadi lebih halus dan bentuknya memanjang seperti mie tebal yang dipilin. Dari sinilah namanya muncul; “lindri” berarti dipilin atau dililit.

Para pedagang konon menggunakan alat penggiling daging rumahan untuk mendapatkan bentuk khas tersebut. Dan hingga sekarang, teknik ini masih dipertahankan oleh banyak pembuat Getuk . Di beberapa kota, terutama di Magelang dan Yogyakarta, suara mesin penggiling yang berdengung di pagi hari menjadi tanda khas dimulainya proses pembuatan getuk.

Media kuliner Indonesia beberapa kali membahas bahwa transisi getuk dari sekadar camilan pedesaan menjadi komoditas ekonomi sebenarnya berhubungan dengan pariwisata. Wisatawan yang berkunjung ke Borobudur atau Malioboro sering menjadikan Getuk Lindri sebagai oleh-oleh karena harganya murah, rasanya unik, dan tahan beberapa hari jika dikemas dengan benar.

Keunikan Rasa dan Tekstur Getuk Lindri: Sederhana, Tapi Bikin Ketagihan

Apa yang membuat Getuk begitu istimewa? Jawabannya ada pada kombinasi rasa manis, gurih, dan lembut yang sulit ditemukan pada jajanan lain.

Tekstur Halus yang Jadi Ciri Utama

Tidak semua jajanan tradisional memiliki tekstur seperti ini. Getuk biasa cenderung padat dan agak kasar, tetapi Getuk memiliki konsistensi yang halus dan lembut di mulut. Bahkan ketika dingin, teksturnya tidak berubah banyak.

Sentuhan kelapa parut di bagian atasnya memberikan sensasi gurih yang membuat rasa manis singkong menjadi lebih seimbang. Inilah alasan kenapa banyak orang yang tidak suka makanan terlalu manis tetap menyukai Getuk Lindri.

Anekdot: Dua Orang, Satu Kotak Getuk Lindri

Ada cerita lucu dari seorang pegawai kantor di Jakarta. Suatu hari ia membawa Getuk sebagai bekal camilan. Ia mengira tidak akan ada yang tertarik. Namun ketika jam istirahat tiba, rekan kerjanya yang berasal dari kota berbeda justru berebut mencicipi. “Saya kira cuma saya yang kangen jajanan masa kecil, ternyata satu divisi ikut rebutan,” katanya sambil terkekeh. Bahkan bos mereka ikut mengambil satu potong sebelum rapat dimulai.

Warna-Warna Ceria

Salah satu hal yang membuat Getuk Lindri semakin menarik adalah warna pastel yang dihasilkan dari pewarna makanan atau bahan alami. Warna pink, hijau, kuning, dan ungu sering terlihat dalam satu kotak. Penampilannya yang cantik inilah yang membuatnya mudah viral ketika difoto di media sosial.

Dalam beberapa festival kuliner yang diliput oleh media nasional, Getuk bahkan menjadi salah satu makanan tradisional yang paling sering difoto oleh pengunjung.

Getuk Lindri di Era Modern: Dari Pasar Tradisional Hingga Cafe Instagramable

Yang menarik dari Getuk Lindri adalah kemampuannya beradaptasi. Meski ia merupakan makanan tradisional, namun mudah sekali melebur dalam gaya hidup modern. Inilah alasan banyak generasi muda kembali tertarik pada kuliner ini.

UMKM dan Kemasan Kekinian

Banyak UMKM di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur kini menjual Getuk dalam bentuk box premium. Ada yang menambahkan taburan kelapa sangrai, ada yang menambahkan topping cokelat, hingga varian rasa baru seperti pandan susu, vanila, hingga taro.

Kemasan modern membuat Getuk Lindri tidak lagi dianggap ketinggalan zaman, melainkan menjadi jajanan tradisional yang “layak naik kelas”.

Cafe dan Dessert House Ikut Mengangkat Getuk Lindri

Fenomena menarik lainnya adalah kemunculan menu “Getuk Artisan” di beberapa cafe lokal. Versi ini biasanya disajikan dengan plating cantik, diberi saus gula jawa, atau dipadukan dengan es krim rasa kelapa. Meskipun terkesan eksperimental, perpaduan ini cukup diterima oleh pelanggan muda.

Dalam liputan festival kuliner di Jakarta, beberapa pengunjung menyebut bahwa Getuk Lindri versi cafe “lebih fancy tapi tetap familiar di lidah”.

Anekdot: Getuk Lindri Masuk Ruang Rapat

Ada pula cerita seorang manajer HRD yang membawa Getuk ke rapat bulanan. “Biasanya kita bawa donat atau brownies. Kali ini saya sengaja bawa jajanan kampung,” katanya. Hasilnya? Ruangan rapat yang biasanya serius berubah lebih santai. Beberapa anggota tim bahkan mulai bercerita tentang makanan kampung halaman masing-masing. Getuk Lindri berhasil menjadi alat pemecah kekakuan.

Proses Pembuatan Getuk Lindri: Dari Singkong Rebus ke Sajian yang Estetik

Meskipun terlihat sederhana, proses membuat Getuk sebenarnya membutuhkan ketelitian.

1. Pemilihan Singkong

Singkong yang bagus biasanya yang tidak terlalu berserat dan memiliki rasa sedikit manis alami. Petani lokal sangat paham memilih singkong yang tepat.

2. Rebus Sampai Benar-Benar Lunak

Singkong harus direbus sampai empuk sempurna agar menghasilkan tekstur halus. Beberapa pembuat getuk bahkan menggunakan teknik perendaman untuk memastikan singkong tidak pahit.

3. Penggilingan

Setelah dicampur gula dan sedikit margarin, singkong digiling menggunakan alat khusus. Proses penggilingan inilah yang membedakan getuk biasa dan Getuk Lindri.

4. Pewarnaan

Warna pastel khas berasal dari sedikit pewarna makanan. Ada juga pembuat yang menggunakan warna alami dari daun pandan, ubi ungu, atau kunyit.

5. Pembentukan dan Penyajian

Adonan yang sudah digiling akan keluar berbentuk memanjang seperti mie tebal. Ini kemudian dipotong rapi dan diberi taburan kelapa.

Dalam laporan kuliner beberapa media regional, pembuat Getuk generasi tua masih mempertahankan cara tradisional karena dianggap menghasilkan cita rasa yang lebih otentik.

Peluang Bisnis Getuk Lindri: Tradisional, Tapi Potensi Ekonominya Besar

Di tengah bangkitnya minat generasi muda terhadap kuliner lokal, Getuk Lindri memiliki peluang bisnis yang sangat menjanjikan.

UMKM Meningkat

Banyak pelaku UMKM berhasil meningkatkan penjualan karena memanfaatkan media sosial dengan baik. Getuk Lindri yang tampil cantik dan berwarna-warni cocok untuk konten foto dan video.

Pesanan Catering & Festival

Di banyak acara kantor, organisasi, dan sekolah, Getuk menjadi pilihan jajanan yang murah dan disukai banyak orang.

Variasi Produk Inovatif

Produsen kini membuat varian baru seperti:

  • Getuk mini

  • Getuk box premium

  • Getuk topping modern

  • Getuk frozen

Semua ini menunjukkan bahwa kuliner tradisional dapat berkembang tanpa kehilangan jati dirinya.

Kesimpulan: Getuk Lindri Adalah Bukti Bahwa Kuliner Tradisional Tidak Pernah Mati

Getuk Lindri bukan hanya makanan. Ia adalah nostalgia, identitas budaya, dan bukti bahwa kesederhanaan dapat bertahan melawan perkembangan zaman.

Dengan kombinasi rasa unik, tampilan cantik, dan kemampuan beradaptasi, Getuk berhasil memikat kembali generasi muda. Dan selama ada orang-orang yang menghargai keaslian cita rasa Nusantara, kuliner ini akan terus hidup dari masa ke masa.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang:

Baca Juga Artikel Dari:

Author