Fri. Dec 5th, 2025
Green Curry

Jakarta, odishanewsinsight.com – Pagi itu di Pasar Chatuchak, Bangkok, aroma rempah menguar dari kios mungil di sudut gang. Seorang perempuan paruh baya, bermandikan uap dapur, sibuk mengaduk kuah hijau kental di atas wajan besar. Di depannya, antrean wisatawan memanjang, dan salah satu dari mereka adalah saya—penasaran mencoba green curry yang konon “paling asli” di ibu kota Thailand itu.

Green curry, atau gaeng keow wan, bukan hanya soal makanan. Ia adalah cerita. Cerita tentang evolusi budaya, adaptasi rasa, dan eksplorasi tekstur yang menyatukan ketajaman bumbu dengan kelembutan santan. Ia adalah bukti bahwa dalam dunia kuliner, warna bisa punya makna, dan hijau bukan hanya soal sehat, tapi juga soal berani mencoba.

Awalnya, saya pikir green curry cuma variasi kari biasa—mirip kari India, mungkin. Tapi suapan pertama langsung menyadarkan saya: ini beda. Rasanya ringan tapi tajam, creamy tapi menyegarkan, pedas tapi tetap elegan. Inilah keajaiban kuliner Thailand, dan green curry adalah mahkotanya.

Apa Itu Green Curry dan Mengapa Begitu Spesial?

Green Curry

Asal Usul dan Sejarah

Green curry muncul dalam catatan sejarah kuliner Thailand sekitar awal abad ke-20. Meskipun tidak setua red curry atau massaman curry, green curry dengan cepat jadi favorit berkat warna unik dan kombinasi rasa yang kompleks namun seimbang.

Warna hijau khasnya berasal dari cabai hijau segar, yang menjadi bahan utama dalam pasta kari. Di Thailand, pasta ini biasanya dibuat manual—ditumbuk dengan cobek batu bersama serai, lengkuas, kulit jeruk purut, bawang putih, ketumbar, dan bahan lain.

Nama “green curry” sebenarnya agak menipu. Bukan karena menggunakan daun hijau, tapi karena cabai hijau itulah yang mendominasi warnanya. “Keow” berarti hijau, dan “wan” berarti manis—tapi bukan manis seperti gula, melainkan kelembutan rasa dibandingkan red curry yang lebih berani.

Komposisi Dasar

  • Pasta Green Curry: campuran cabai hijau, bawang putih, lengkuas, jahe, daun jeruk purut, ketumbar akar, dan terkadang terasi Thailand.

  • Santan Kental: memberikan tekstur creamy dan menyeimbangkan kepedasan.

  • Protein: bisa berupa ayam, daging sapi, tahu, atau bola ikan. Ayam jadi pilihan paling populer.

  • Sayuran: terong hijau bulat khas Thailand, kacang panjang, paprika, atau daun kemangi Thailand (holy basil).

  • Bumbu Tambahan: saus ikan, gula aren, garam, dan kadang sedikit air kaldu.

Keseimbangan antara pedas, gurih, manis, dan creamy menjadikan green curry sangat serbaguna. Ia bisa disandingkan dengan nasi hangat, lontong, atau bahkan mi telur.

Peran Green Curry dalam Budaya Makan Thailand dan Dunia

Simbol Cita Rasa Kompleks

Green curry dianggap sebagai representasi keahlian memasak Thailand. Tidak seperti masakan barat yang kadang fokus pada satu rasa utama (misal asin atau manis), kuliner Thailand merayakan harmoni antara rasa. Dan green curry adalah manifestasi sempurna dari itu.

Menariknya, banyak koki Thailand mengatakan bahwa membuat green curry bukan soal mengikuti resep, tapi soal merasakan keseimbangan. Seorang chef muda di Chiang Mai pernah bilang ke saya, “Kalau kamu bisa bikin green curry yang enak tanpa mengukur garam, kamu udah siap buka restoran.”

Dari Rumah ke Restoran Bintang Lima

Green curry sangat fleksibel. Di rumah-rumah penduduk, green curry disajikan dalam porsi besar untuk keluarga. Tapi di restoran bintang lima, green curry bisa muncul dalam bentuk foam, saus plating mewah, bahkan isian risotto ala fusion.

Contoh ekstremnya: salah satu chef Indonesia pernah menyajikan green curry espuma (versi busa lembut) sebagai topping salmon panggang. Aneh? Mungkin. Tapi itulah bukti bahwa green curry bisa beradaptasi lintas budaya dan selera.

Dalam Industri Kuliner Global

Kehadiran green curry makin masif setelah munculnya gelombang restoran Thailand di luar negeri. Di AS, Inggris, Australia, bahkan Dubai, green curry jadi menu wajib. Bahkan banyak supermarket kini menjual pasta green curry instan dalam kemasan sachet—tinggal tambahkan santan dan protein, jadilah masakan khas Thailand dalam 10 menit.

Menikmati Green Curry dari Dapur Sendiri—Panduan Praktis dan Tips

Ingin coba bikin green curry sendiri di rumah? Tentu bisa. Tapi ada beberapa trik supaya hasilnya tak hanya “oke”, tapi benar-benar bikin nagih.

1. Gunakan Bahan Segar

Beli cabai hijau segar, serai, daun jeruk purut, dan santan segar. Jika memungkinkan, hindari santan kaleng yang terlalu cair atau kurang creamy.

2. Jangan Takut Mengulek Sendiri

Pasta green curry buatan tangan punya aroma dan rasa lebih tajam. Kalau belum punya cobek Thailand (yang dari batu besar), blender pun bisa jadi alternatif. Tapi jangan terlalu halus, sisakan sedikit tekstur.

3. Santan Masuk Dua Kali

Ini rahasia penting. Masukkan sebagian santan di awal untuk menumis pasta hingga aromatik, lalu tambahkan sisanya belakangan bersama protein dan sayuran. Hasilnya? Kuah lebih wangi dan tidak pecah.

4. Sesuaikan Rasa di Akhir

Jangan langsung panik jika rasanya belum seimbang di awal. Setelah semua bahan menyatu dan kuah sedikit mengental, cicipi: tambahkan saus ikan untuk rasa gurih, gula aren untuk menyatukan rasa, atau air jeruk nipis untuk kesegaran.

5. Lidah Indonesia? Tambahkan Sedikit Sambal Terasi

Ini mungkin blasphemy buat puritan Thailand, tapi jika kamu suka sensasi “umami pedas” yang lebih lokal, tambahkan ½ sendok teh sambal terasi ke dalam pasta. Hasilnya mengejutkan—green curry yang tetap Thailand, tapi berjiwa Nusantara.

Masa Depan Green Curry—Inovasi, Adaptasi, dan Potensi Kuliner Global

Di tengah gempuran tren makanan barat, bubble tea, dan fast food, green curry tetap punya tempat spesial di hati banyak orang. Bahkan sekarang, tren plant-based green curry mulai naik daun.

1. Versi Vegan dan Plant-Based

Kini banyak restoran menyajikan green curry versi vegan. Susu kelapa diganti dengan santan organik, daging diganti dengan tofu atau jamur king oyster. Rasanya tetap kaya, dan tentunya lebih ramah lingkungan.

Bahkan beberapa perusahaan food tech di Eropa mencoba membuat green curry instan freeze-dried yang tinggal diseduh air panas. Praktis untuk para pendaki, traveller, dan pekerja kantoran sibuk.

2. Masuk Menu Resto Fusion dan Modern

Di Jakarta, Bali, hingga Tokyo, green curry dimodifikasi menjadi topping pizza, isian burger, hingga saus pasta. Salah satu kafe di Jogja bahkan menyajikan green curry rice bowl dengan onsen egg dan daging brisket.

Memang, tidak semua modifikasi sukses. Tapi dari situ kita bisa lihat bahwa green curry bukan cuma makanan etnik, tapi fondasi rasa yang bisa dibentuk ulang sesuai konteks.

3. Dukungan Pemerintah Thailand dan Diplomasi Kuliner

Pemerintah Thailand termasuk aktif mendorong diplomasi budaya melalui makanan. Green curry sering ditampilkan dalam acara kedutaan, festival kuliner, hingga promosi wisata. Ini membuatnya bukan hanya masakan, tapi bagian dari diplomasi lunak.

Dan bagi Indonesia, mungkin ada pelajaran di sini. Bagaimana jika rendang, gudeg, atau rawon dikemas secara global seperti green curry?

Penutup: Green Curry, Sebuah Rasa yang Tak Pernah Lelah Bercerita

Green curry bukan sekadar kari hijau yang enak. Ia adalah jembatan budaya, eksperimen rasa, dan simbol bahwa sesuatu yang kompleks bisa terasa ringan jika diramu dengan cermat.

Bagi yang sudah pernah mencicipi green curry asli di Bangkok, mungkin rasa itu akan selalu tinggal di ingatan. Bagi yang belum, sekarang saatnya mencoba. Dan bagi yang sudah ahli di dapur, mungkin tantangannya adalah: bagaimana membawa green curry ke level berikutnya?

Karena dalam satu sendok kuah hijau itu, ada sejarah, ada seni, dan ada kehangatan yang tak pernah basi.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Baca Juga Artikel Dari: Cullen Skink: Sup Ikan Asap Khas Skotlandia yang Wajib Dicoba

Author