JAKARTA, odishanewsinsight.com – Setiap gigitan pain au chocolat selalu membawa aroma sejarah panjang kuliner Prancis. Roti ini lahir dari tradisi viennoiserie, perpaduan roti dan pastry yang populer di Eropa. Dengan lapisan adonan bermentega yang berlapis-lapis, painauchocolat menawarkan rasa kaya yang berbeda dari croissant biasa. Cokelat di dalamnya menambah sentuhan manis yang elegan, seakan membawa pemburu kuliner langsung ke sudut kafe Paris.
Dalam sebuah cerita kuliner, seorang turis Indonesia pernah berbagi pengalaman pertamanya menikmati painauchocolat di kota Lyon. Ia mengaku kaget karena roti sederhana itu terasa begitu kompleks, renyah di luar, lembut di dalam, dengan sensasi cokelat yang lumer perlahan. Pengalaman ini membuatnya jatuh cinta pada pastry khas Prancis tersebut.
Jejak Sejarah yang Menggugah Selera
Setiap gigitan pain au chocolat selalu membawa aroma sejarah panjang kuliner Prancis. Roti ini lahir dari tradisi viennoiserie, perpaduan roti dan pastry yang populer di Eropa. Dengan lapisan adonan bermentega yang berlapis-lapis, pain au chocolat menawarkan rasa kaya yang berbeda dari croissant biasa. Cokelat di dalamnya menambah sentuhan manis yang elegan, seakan membawa pemburu kuliner langsung ke sudut kafe Paris.
Konon, resep viennoiserie pertama kali dibawa ke Prancis pada abad ke-19, terinspirasi dari teknik baking khas Austria. Sejak saat itu, masyarakat Prancis mulai mengembangkan variasi roti berlapis dengan cita rasa lokal. Pain au chocolat pun lahir sebagai salah satu inovasi paling ikonik, dan dengan cepat menyebar ke berbagai kota besar seperti Paris, Bordeaux, hingga Marseille. Popularitasnya tidak hanya karena rasa, melainkan juga statusnya sebagai simbol keanggunan sarapan khas Eropa.
Dalam sebuah cerita kuliner, seorang turis Indonesia pernah berbagi pengalaman pertamanya menikmati pain au chocolat di kota Lyon. Ia mengaku kaget karena roti sederhana itu terasa begitu kompleks, renyah di luar, lembut di dalam, dengan sensasi cokelat yang lumer perlahan. Pengalaman ini membuatnya jatuh cinta pada pastry khas Prancis tersebut. Bahkan setelah pulang ke tanah air, ia berusaha mencari bakery lokal yang bisa menghadirkan sensasi serupa, meskipun menurutnya sulit menyamai atmosfer kafe-kafe klasik di Eropa.
Proses Pembuatan yang Tidak Sederhana Pain au Chocolat
Membuat pain au chocolat bukan pekerjaan mudah. Prosesnya membutuhkan kesabaran ekstra dalam melipat adonan berlapis dengan mentega dingin, atau yang dikenal dengan teknik laminasi. Setelah itu, potongan cokelat batang dimasukkan ke dalam adonan sebelum akhirnya dipanggang hingga keemasan.
Seorang baker di Jakarta pernah mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah menjaga suhu adonan agar lapisan tetap sempurna. Jika terlalu hangat, mentega bisa meleleh dan membuat lapisan gagal terbentuk. Namun, justru kerumitan inilah yang menjadikan painauchocolat begitu istimewa, karena setiap hasil akhirnya selalu menjadi karya seni kecil di atas meja.
Variasi Rasa yang Mulai Berkembang Pain au Chocolat
Meski klasik, pain au chocolat kini hadir dengan berbagai variasi. Ada yang menambahkan cokelat putih, isian hazelnut, hingga taburan almond di atasnya. Di beberapa toko roti modern, painauchocolat juga dibuat dalam ukuran mini agar lebih mudah disantap sebagai camilan ringan.
Tren ini sejalan dengan gaya hidup urban yang menuntut kepraktisan. Beberapa kafe di Jakarta dan Bali bahkan menyajikan versi fusion, memadukan painauchocolat dengan cita rasa lokal seperti pandan atau keju. Inovasi ini tidak mengurangi keaslian, melainkan menambah warna baru yang membuat roti ini semakin diterima di berbagai kalangan.
Kenikmatan yang Melekat pada Budaya Minum Kopi
Pain au chocolat hampir selalu identik dengan secangkir kopi atau cokelat panas. Di Prancis, roti ini sering disantap saat sarapan, menjadi teman setia bagi pekerja maupun mahasiswa. Kombinasi antara lapisan renyah dan cokelat yang manis berpadu sempurna dengan pahitnya kopi hitam.
Dalam budaya modern, kebiasaan ini menular hingga ke banyak negara lain. Di Indonesia, semakin banyak kafe yang menjadikan painauchocolat sebagai menu andalan. Tidak heran jika roti ini kini dianggap sebagai simbol gaya hidup kosmopolitan yang tetap mengutamakan kenikmatan sederhana.
Masa Depan Pastry Klasik di Era Modern
Meski tren kuliner terus berubah, pain au chocolat tetap memiliki tempat istimewa. Bukan hanya karena rasanya, tetapi juga karena simbol yang dibawanya: keanggunan sederhana, tradisi panjang, dan perpaduan rasa yang seimbang.
Di era digital, gambar painauchocolat yang berlapis emas sering muncul di media sosial, menambah popularitasnya di kalangan generasi muda. Dari sudut bakery kecil hingga hotel bintang lima, roti ini selalu berhasil memikat. Masa depannya terlihat cerah, karena siapa pun yang mencicipi akan sulit melupakannya.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Food
Baca juga artikel lainnya: Tarte Flambee: Hidangan Tradisional Alsace yang Mendunia