Jakarta, odishanewsinsight.com – Jika ada satu makanan yang bisa menyatukan semua lapisan masyarakat Indonesia, tempe layak menyandang gelar itu. Dari warteg sederhana di sudut jalan Jakarta hingga restoran mewah di Yogyakarta, tempe selalu punya tempat. Apalagi bila disajikan dalam bentuk tempe bakar—hidangan sederhana yang ternyata menyimpan cerita panjang.
Sejarah mencatat tempe sudah dikenal sejak abad ke-16 di Jawa. Ia lahir dari fermentasi kedelai dengan jamur Rhizopus oligosporus, menciptakan pangan kaya protein yang disebut-sebut sebagai “dagingnya orang miskin”. Namun, kini statusnya terangkat. Bahkan, tempe diekspor ke Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat sebagai superfood.
Saya pernah mendengar kisah seorang mahasiswa asal Bandung yang kuliah di Belanda. Ia bercerita, saat homesick, ia mencari restoran Indonesia hanya untuk mencicipi tempe. Katanya, aroma asap yang menempel di tempe membuatnya seperti sedang berada di rumah, berkumpul bersama keluarga. Dari situlah terasa bahwa makanan bukan sekadar isi perut, tapi juga nostalgia dan identitas.
Tempe Bakar: Rasa Sederhana, Aroma Luar Biasa

Apa yang membuat tempe bakar berbeda dari gorengan atau tumisan biasa? Jawabannya ada pada proses pemanggangan. Saat dibakar, tempe menyerap bumbu sekaligus menghasilkan aroma smoky yang khas.
Biasanya, tempe dipotong tipis atau sedang, lalu dimarinasi dengan bumbu kecap, bawang putih, ketumbar, cabai, dan sedikit gula merah. Proses perendaman ini membuat rasa manis, gurih, dan pedas meresap hingga ke serat terdalam tempe.
Setelah itu, tempe dibakar di atas arang menyala. Suara “cesss” yang muncul ketika bumbu menetes ke bara, ditambah aroma harum yang menyeruak, membuat siapa pun yang lewat sulit menahan godaan.
Ada yang memilih menyajikan tempe bakar sebagai lauk pendamping nasi uduk, ada pula yang menjadikannya camilan sehat. Bahkan beberapa kafe modern di Jakarta sudah mulai menjadikan tempe sebagai menu plant-based andalan.
Gizi dan Manfaat: Tempe Bakar untuk Hidup Sehat
Tidak hanya lezat, tempe bakar juga kaya manfaat. Dibandingkan tempe goreng, proses pembakaran menggunakan sedikit minyak, sehingga lebih sehat.
Kandungan Gizi Tempe
-
Protein nabati tinggi: Cocok untuk vegetarian atau vegan.
-
Serat pangan: Membantu pencernaan.
-
Vitamin B12 alami: Jarang ditemukan pada pangan nabati.
-
Isoflavon: Baik untuk kesehatan jantung dan tulang.
Bayangkan, satu potong tempe bakar bisa memberikan energi setara dengan camilan kemasan modern, tapi jauh lebih menyehatkan.
Bahkan, penelitian dari berbagai universitas di Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi tempe secara rutin dapat menurunkan risiko kolesterol. Jadi, tak berlebihan bila tempe disebut “warisan kuliner sekaligus obat alami.”
Filosofi di Balik Tempe Bakar
Menariknya, tempe bukan sekadar makanan, tapi juga bagian dari falsafah hidup masyarakat Jawa.
Dalam tradisi Jawa, tempe sering dianggap lambang kerendahan hati. Bahan dasarnya—kedelai—murah dan mudah didapat. Proses fermentasi juga mengajarkan tentang kesabaran, bahwa sesuatu yang sederhana bisa menjadi berharga jika diberi waktu.
Tempe bakar sendiri sering hadir dalam hajatan atau acara gotong royong. Saat warga berkumpul, tempe dibagikan sebagai simbol kebersamaan. Filosofi ini masih terasa sampai sekarang, terutama di desa-desa yang menjaga tradisi kuliner.
Saya masih ingat ketika mengikuti acara sedekah bumi di Gunungkidul. Warga duduk melingkar, asap dari pemanggang tempe mengepul, aroma kecap bercampur arang memenuhi udara. Rasanya bukan hanya makan tempe, tapi juga makan kebersamaan.
Tempe Bakar dalam Ragam Variasi Nusantara
Setiap daerah punya cara unik menyajikan tempe bakar. Berikut beberapa di antaranya:
-
Tempe Bakar Kecap Manis (Jawa Tengah): Manis gurih dengan bumbu bawang putih dan ketumbar.
-
Tempe Bakar Pedas (Sunda): Dibaluri cabai rawit giling, cocok untuk pecinta pedas.
-
Tempe Bakar Santan (Yogyakarta): Tempe direndam dalam santan berbumbu sebelum dibakar, menghasilkan rasa gurih legit.
-
Tempe Bakar Modern (Jakarta): Disajikan dengan saus BBQ atau madu, menyasar kalangan urban.
-
Tempe Bakar Tradisional (Pedalaman Jawa): Dibakar langsung tanpa bumbu, hanya mengandalkan aroma arang.
Variasi ini menunjukkan fleksibilitas tempe sebagai bahan dasar. Mau tradisional atau modern, ia tetap jadi bintang meja makan.
Resep Tempe Bakar ala Rumahan
Bagi yang ingin mencoba, berikut resep sederhana yang bisa dibuat di rumah.
Bahan:
-
1 papan tempe, potong tipis
-
3 sdm kecap manis
-
2 siung bawang putih, haluskan
-
1 sdt ketumbar bubuk
-
2 cabai merah, haluskan
-
1 sdm minyak sayur
-
Garam secukupnya
Cara Membuat:
-
Campur semua bumbu dengan kecap, aduk rata.
-
Lumuri tempe dengan bumbu, diamkan 30 menit.
-
Bakar di atas bara api atau grill pan hingga harum dan agak kecokelatan.
-
Sajikan hangat dengan nasi putih atau lontong.
Masa Depan Tempe Bakar: Dari Warteg ke Dunia
Saat ini, tempe sudah menembus pasar global. Di Amerika Serikat, tempe dijual sebagai alternatif daging untuk vegan. Di Jepang, tempe disajikan dalam bentuk sushi modern.
Bayangkan jika tempe bakar dipromosikan lebih luas, bukan tidak mungkin ia bisa menjadi ikon kuliner Nusantara yang mendunia. Apalagi, tren makanan sehat sedang naik daun. Makanan berbasis nabati makin dicari, dan tempe bakar punya semua unsur yang dibutuhkan: sehat, lezat, ramah lingkungan, serta kaya budaya.
Seorang chef fiktif di Bali pernah berkata dalam wawancara, “Kalau kita bisa membuat orang asing jatuh cinta pada tempe, itu artinya kita berhasil membawa rasa Indonesia ke hati mereka.”
Kesimpulan
Tempe bakar bukan sekadar hidangan sederhana, melainkan representasi budaya, gizi, dan kebersamaan masyarakat Indonesia. Dari warung kaki lima hingga restoran modern, dari desa terpencil hingga kafe urban, tempe tetap setia menemani.
Di era globalisasi, tempe bakar bisa menjadi simbol proudly Indonesian food yang sehat sekaligus mendunia. Karena pada akhirnya, makanan bukan hanya tentang kenyang, tapi juga tentang cerita, filosofi, dan identitas.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Tahu Kukus Sehat: Kuliner Sederhana Primadona Gaya Modern
