Fri. Dec 5th, 2025
Israel dan Hizbullah

Israel dan Hizbullah

 Pendahuluan

Konflik antara Israel dan Hizbullah, kelompok militan yang berbasis di Lebanon, telah menjadi sumber ketegangan berkepanjangan di Timur Tengah. Setelah lebih dari setahun pertempuran yang menewaskan ribuan orang dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, kedua belah pihak akhirnya menyepakati gencatan senjata. Kesepakatan ini, yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Prancis, mulai berlaku pada 27 November 2024.

Artikel ini akan membahas latar belakang konflik, isi kesepakatan gencatan senjata, reaksi internasional, serta tantangan dan prospek perdamaian jangka panjang antara Israel dan Hizbullah.

Latar Belakang Konflik Israel-Hizbullah

Hizbullah, didirikan pada 1982 sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon, telah lama menjadi aktor utama dalam dinamika konflik di kawasan tersebut. Hubungan antara Israel dan Hizbullah ditandai oleh periode ketegangan dan konfrontasi militer, termasuk perang besar pada tahun 2006.

Sejak Oktober 2023, konflik kembali memanas, dengan serangkaian serangan dan serangan balasan yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di kedua belah pihak. Menurut laporan, lebih dari 3.700 warga Lebanon dan 140 warga Israel tewas akibat pertempuran tersebut, sementara lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi.

 

Isi Kesepakatan Gencatan Senjata

Israel dan Hizbullah

Gencatan senjata yang dimulai pada 27 November 2024 mencakup beberapa poin utama:

  1. Penghentian Permusuhan: Kedua belah pihak sepakat untuk menghentikan semua operasi militer dan serangan.
  2. Penarikan Pasukan: Hizbullah akan menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sementara Israel akan menarik seluruh pasukannya dari Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.
  3. Pembongkaran Fasilitas Militer: Fasilitas militer tak berizin di selatan Sungai Litani akan dibongkar.
  4. Pengawasan Internasional: Amerika Serikat dan Prancis akan membantu mengimplementasikan kesepakatan ini, dengan pengawasan dari komite yang terdiri dari lima negara.
  5. Kebebasan Bertindak Militer: Israel menegaskan haknya untuk mengambil tindakan militer jika Hizbullah melanggar kesepakatan.

Reaksi Internasional

Kesepakatan gencatan senjata ini mendapat sambutan positif dari komunitas internasional. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan “berita bagus” dan berharap dapat menjadi model untuk gencatan senjata di wilayah lain, seperti Jalur Gaza.

 

PBB juga menyambut baik kemajuan menuju kesepakatan ini dan mendesak kedua pihak untuk memanfaatkan momentum tersebut guna mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

 

Tantangan Implementasi Gencatan Senjata

Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah dicapai, tantangan dalam implementasinya tetap signifikan:

  1. Pelanggaran Gencatan Senjata: Hanya sehari setelah gencatan senjata dimulai, kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran. Militer Israel melaporkan serangan terhadap fasilitas Hizbullah di Lebanon selatan, sementara Hizbullah menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan serangan udara.
  2. Ketidakpercayaan yang Mendalam: Sejarah panjang permusuhan telah menanamkan ketidakpercayaan antara Israel dan Hizbullah, yang dapat menghambat upaya perdamaian.
  3. Pengaruh Eksternal: Keterlibatan aktor regional seperti Iran, yang memiliki hubungan erat dengan Hizbullah, dapat mempengaruhi stabilitas gencatan senjata.

Prospek Perdamaian Jangka Panjang

Kesepakatan gencatan senjata ini membuka peluang untuk dialog lebih lanjut dan potensi perdamaian jangka panjang. Namun, keberhasilannya bergantung pada komitmen kedua belah pihak untuk menghormati kesepakatan dan mengatasi isu-isu mendasar yang memicu konflik.

Langkah-langkah seperti demarkasi perbatasan yang jelas,

penguatan peran pasukan penjaga perdamaian internasional, dan dialog diplomatik yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan stabilitas dan mencegah kembalinya kekerasan.

Kesimpulan

Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah

yang dimulai pada 27 November 2024 merupakan perkembangan signifikan dalam upaya mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama. Meskipun menghadapi tantangan dalam implementasinya, kesepakatan ini memberikan harapan bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Dukungan dan pengawasan dari komunitas internasional akan menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan gencatan senjata dan mendorong dialog menuju solusi permanen.

Author