Fri. Dec 5th, 2025
Korean Fried Chicken

Jakarta, odishanewsinsight.com – Ada satu adegan di drama Korea lawas, saat seorang wanita pulang kerja larut malam. Hujan turun deras, dan ia duduk sendirian di apartemennya. Di meja kecil, ada satu kotak yang bersinar: ayam goreng Korea dengan bir dingin. Ia menggigitnya pelan, lalu tersenyum. Penonton? Ngiler. Efeknya? Penjualan Korean fried chicken melonjak semalaman.

Begitulah kuatnya pengaruh budaya Korea dalam memperkenalkan kuliner mereka ke dunia. Tapi di balik momen-momen ikonik itu, tersimpan sejarah menarik dari makanan yang tampaknya sederhana: ayam goreng.

Korean fried chicken atau dalam bahasa lokal disebut “yangnyeom tongdak” bukan sekadar ayam goreng biasa. Ini adalah mahakarya gastronomi. Diciptakan dengan teknik dobel goreng (double frying) untuk menghasilkan kerenyahan ekstrem, dan dilumuri saus manis-pedas-gurih yang khas. Ia lahir dari perpaduan budaya Barat dan kreativitas lokal Korea.

Menariknya, ayam goreng ini baru populer di Korea Selatan pasca Perang Korea. Ayam goreng awalnya makanan Barat yang dianggap mewah. Tapi ketika ekonomi membaik, restoran lokal mulai membuat versi mereka sendiri. Dan boom! Di akhir 1990-an hingga awal 2000-an, tren ayam goreng ini mulai gila-gilaan.

Rahasia Kerenyahan Korean Fried Chicken

Korean Fried Chicken

Mungkin kamu pernah penasaran, kenapa Korean fried chicken beda dari ayam goreng lain? Padahal sama-sama digoreng, tapi hasil akhirnya bisa beda banget. Jawabannya? Ada di teknik dan ketelatenan.

1. Double Frying

Ayam Korea biasanya digoreng dua kali. Pertama, untuk mematangkan dan menghilangkan kadar air. Lalu, setelah didiamkan sebentar, digoreng lagi untuk menciptakan lapisan kulit yang super renyah dan tipis. Ini bukan renyah yang keras, tapi “kriuk halus” yang tahan lama bahkan setelah disiram saus.

2. Baluran Tepung Tipis

Berbeda dengan ayam goreng Amerika yang pakai tepung tebal dan berbumbu, ayam Korea hanya dibaluri lapisan tepung tipis—kadang hanya tepung kentang atau maizena. Hasilnya, tekstur kulitnya lebih “crispy” daripada “crunchy”.

3. Bumbu Marinasi Rahasia

Biasanya, daging ayam direndam dulu dalam campuran jahe, bawang putih, kecap, dan mirin. Proses ini bikin ayamnya wangi, empuk, dan berasa dari dalam. Tapi setiap restoran punya “rahasia dapur” sendiri.

Kalau kamu makan Korean fried chicken yang benar-benar autentik, kamu akan sadar: ini bukan fast food. Ini adalah slow crafted crispy experience. Dan di balik keripik kulit ayam itu, ada budaya yang tertanam dalam.

Aneka Saus yang Menggoda—Dari Manis Pedas Hingga Ekstrem Gochujang

Salah satu alasan Korean fried chicken meledak di pasar global adalah… sausnya.

Kalau biasanya ayam goreng hanya disajikan polos atau dengan saus sambal standar, ayam Korea datang dengan pilihan saus yang gila-gilaan. Dan semuanya memorable.

1. Yangnyeom Sauce

Ini yang paling terkenal. Campuran gochujang (pasta cabai Korea), madu, bawang putih, kecap, cuka beras, dan minyak wijen. Rasanya manis-pedas dan tajam, seperti cinta pertama yang bikin hati campur aduk.

2. Soy Garlic

Favorit banyak orang. Rasa gurih manis dari kecap Korea dan aroma bawang putih yang disangrai, cocok buat kamu yang pengin “main aman” tapi tetap mau rasa kaya.

3. Honey Butter

Gaya ini muncul dari tren snack Korea. Saus madu dengan bubuk butter, hasilnya adalah rasa yang creamy dan manis lembut. Cocok buat anak-anak atau yang lagi anti pedas.

4. Spicy Gochujang Extreme

Kalau kamu tipe pencinta cabai level sultan, coba saus ini. Dijamin keringat mengucur deras, tapi rasanya bikin nagih.

Restoran-restoran Korea di Indonesia kini bahkan sudah mengkreasikan saus baru seperti salted egg, black pepper, sampai keju meleleh. Tapi jujur saja, yangnyeom tetap juara.

Budaya Chimaek—Ayam Goreng dan Bir dalam Satu Meja

Kalau kamu nonton drama Korea, pasti pernah dengar istilah chimaek. Itu gabungan dari kata chicken dan maekju (bir). Kombinasi ini bukan cuma makanan dan minuman—ini gaya hidup.

Bayangkan malam Jumat di Seoul. Sekelompok karyawan baru pulang kerja. Mereka mampir ke kedai kecil, memesan satu porsi ayam goreng Korea, segelas bir dingin, dan ngobrol panjang soal hidup. Inilah budaya healing versi Korea.

Chimaek bukan cuma makan malam. Ini ritual sosial, simbol pertemanan, penenang stres setelah hari kerja yang panjang. Bahkan, di Korea Selatan, ada festival tahunan bernama Daegu Chimac Festival yang diramaikan ribuan orang hanya untuk merayakan ayam goreng dan bir!

Dan ya, sekarang budaya ini sudah menyebar ke mana-mana, termasuk ke Indonesia. Di banyak kota besar, kafe Korea menjual chimaek lengkap. Kadang ditambah musik K-pop di latar belakang, biar makin berasa vibes-nya.

Invasi Global Korean Fried Chicken—Termasuk Indonesia!

Dalam satu dekade terakhir, Korean fried chicken bukan cuma populer, tapi meledak. Di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, hingga Timur Tengah, restoran ayam Korea tumbuh subur.

Fenomena ini nggak terlepas dari gelombang Korean Wave (Hallyu). Drama, musik K-pop, fashion, dan tentu saja, makanan. Ayam goreng jadi duta kuliner yang sukses.

Di Indonesia, kita bisa lihat pertumbuhan restoran Korean fried chicken dari tahun ke tahun. Brand seperti Kyochon, BHC, Bonchon, hingga franchise lokal yang mengadaptasi gaya Korea, bermunculan di berbagai kota. Bahkan UMKM mulai menjual ayam goreng Korea versi frozen!

Bukan cuma soal tren. Korean fried chicken menjawab selera pasar yang makin suka rasa kompleks: manis, pedas, gurih, wangi. Apalagi generasi muda Indonesia suka banget eksplor makanan. Kombinasi ayam kriuk dan saus unik? Jelas cocok.

Tapi ada satu hal menarik: beberapa chef Indonesia mulai mencampurkan cita rasa lokal. Bayangkan ayam goreng Korea rasa rendang, sambal matah, atau balado. Unik, kan?

Resep Sederhana Korean Fried Chicken di Rumah

Buat kamu yang penasaran, “bisa nggak sih bikin sendiri di rumah?” Jawabannya: bisa banget! Resepnya tidak terlalu sulit. Yuk, kita coba:

Bahan:

  • 500 gr ayam bagian sayap atau paha atas bawah.

  • Garam, merica, dan sedikit jahe parut untuk marinasi.

  • Tepung maizena + tepung terigu (1:1).

  • Minyak untuk menggoreng.

Saus Yangnyeom:

  • 2 sdm gochujang.

  • 1 sdm kecap asin.

  • 1 sdm madu.

  • 1 sdm gula merah.

  • 1 sdm minyak wijen.

  • 2 siung bawang putih, cincang.

  • Sedikit cuka beras.

Langkah:

  1. Marinasi ayam minimal 30 menit.

  2. Baluri dengan campuran tepung. Goreng hingga kuning, angkat. Diamkan 5 menit.

  3. Goreng lagi hingga keemasan dan super renyah.

  4. Buat saus: tumis bawang putih, masukkan semua bahan, aduk hingga mengental.

  5. Campur ayam goreng ke saus. Sajikan panas-panas.

Gampang, kan? Dan hasilnya, bisa bikin kamu lupa sama ayam goreng fast food biasa.

Penutup: Di Balik Rasa, Ada Cerita

Korean fried chicken bukan cuma makanan. Ia adalah cerita tentang inovasi, budaya, adaptasi, dan tentu saja… kenikmatan. Dari dapur kecil di Korea hingga restoran hipster di Jakarta, ayam ini menyatukan rasa dan memori.

Setiap gigitan membawa kita ke dunia yang lebih dari sekadar “enak”. Ia mengingatkan kita tentang malam panjang yang ditutup dengan tawa. Tentang nonton drama Korea sambil ngemil. Tentang obrolan sederhana yang ditemani satu kotak ayam pedas.

Dan ya, meski tren makanan datang dan pergi, rasa ayam goreng Korea akan selalu punya tempat di hati. Karena ia bukan cuma tren. Ia sudah jadi bagian dari kehidupan.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Baca Juga Artikel Dari: Risotto Milanese: Klasik Italia yang Menggoda Lidah dan Sejarah

Author