Wed. Nov 5th, 2025
Opak Singkong

JAKARTA, odishanewsinsight.com – Setiap gigitan opak singkong seakan membawa seseorang kembali ke masa kecil — ke dapur nenek di sore hari, saat wangi parutan singkong dan bara api kayu memenuhi udara. Di tengah deru modernisasi dan budaya cepat saji, kehadiran opaksingkong seperti jeda yang mengingatkan pada keaslian rasa dan kesederhanaan hidup.

Camilan ini tidak hanya sekadar makanan ringan; ia adalah simbol budaya, hasil kreativitas masyarakat pedesaan yang mengubah singkong — bahan sederhana — menjadi kudapan istimewa. Dalam sejarah kuliner Indonesia, singkong memang selalu menempati posisi unik: murah, mudah didapat, tapi bisa diolah menjadi apa saja, termasuk opak yang gurih dan renyah.

Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, opaksingkong kembali naik daun. Dari warung tradisional hingga kafe modern, camilan ini tampil dengan wajah baru — dikemas elegan, diberi rasa kekinian seperti keju, balado, atau BBQ. Tapi di balik semua inovasi itu, satu hal tetap sama: pesonanya yang tidak lekang oleh waktu.

Bahan-Bahan Opak Singkong Tradisional

Opak Singkong

Untuk 20–25 lembar opak ukuran sedang:

  • Singkong segar 1 kg (kupas dan parut halus)

  • Garam 1 sendok teh

  • Bawang putih 3 siung (haluskan)

  • Santan kental 100 ml

  • Air secukupnya (jika adonan terlalu kering)

  • Minyak goreng (jika ingin digoreng, bukan dibakar)

Tambahan rasa opsional (versi modern):

  • Bubuk keju, balado, BBQ, atau rumput laut secukupnya

  • Wijen putih sangrai untuk taburan sebelum penjemuran

Cara Membuat Opak Singkong

1. Menyiapkan Adonan

Parut singkong hingga halus, kemudian peras sedikit airnya agar tidak terlalu basah. Campurkan parutan singkong dengan bawang putih halus, garam, dan santan. Aduk rata hingga adonan bisa dipulung tanpa lengket di tangan. Bila terlalu kering, tambahkan sedikit air.

2. Membentuk dan Menjemur

Ambil sedikit adonan, pipihkan di atas daun pisang atau plastik tebal hingga berbentuk bulat tipis (sekitar 10 cm). Susun di tampah atau loyang, lalu jemur di bawah sinar matahari selama 1–2 hari sampai benar-benar kering.
Penjemuran alami ini penting untuk menghasilkan tekstur renyah saat dipanggang.

3. Proses Pemanggangan atau Penggorengan Opak Singkong

Ada dua cara memasak opak:

  • Dibakar: Gunakan bara tempurung kelapa untuk rasa dan aroma khas. Panggang sambil dibalik perlahan hingga mengembang dan kering merata.

  • Digoreng: Panaskan minyak sedang, goreng opak hingga mengembang dan berwarna kekuningan. Tiriskan.

4. Penyajian

Setelah matang, opak bisa langsung disajikan sebagai camilan, pendamping nasi, atau disimpan dalam wadah kedap udara agar tetap renyah.
Untuk versi kekinian, kamu bisa menambahkan taburan bubuk keju, cabai kering, atau rumput laut setelah proses pemanggangan.

Simbol Kearifan Lokal yang Bertahan Opak Singkong

Opak singkong lahir dari tradisi gotong royong dan kemandirian masyarakat pedesaan. Di banyak daerah di Jawa Barat, pembuatan opak sering dilakukan secara massal, terutama menjelang hari raya atau pesta adat. Prosesnya menjadi ajang kebersamaan: para ibu menyiapkan adonan, anak-anak membantu menjemur, sementara para lelaki menyiapkan bahan bakar.

Di balik itu, ada nilai ekonomi yang kuat. Opak singkong membantu banyak keluarga kecil memperoleh penghasilan tambahan tanpa perlu modal besar. Kini, dengan munculnya pasar digital dan media sosial, para pembuat opak tradisional mulai menjangkau pembeli dari luar daerah bahkan luar negeri.

Lebih dari itu, opak singkong menjadi simbol ketahanan budaya di tengah arus modernitas. Ketika banyak makanan tradisional tergeser, opak justru menemukan cara baru untuk bertahan — melalui inovasi rasa, kemasan, dan branding yang lebih modern. Ia bukan sekadar makanan, melainkan identitas kuliner yang berhasil menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri.

Transformasi di Era Digital

Kemunculan generasi baru pelaku usaha lokal membawa napas segar bagi dunia kuliner tradisional. Banyak anak muda kini berani mengangkat opak singkong sebagai produk komersial dengan sentuhan kontemporer. Beberapa startup kuliner bahkan menjualnya secara online, memanfaatkan platform marketplace dan media sosial.

Salah satu contoh sukses datang dari pelaku UMKM di Subang yang menjual “Opak Singkong Keju Premium” dalam kemasan modern. Dengan strategi pemasaran yang cerdas dan narasi yang menekankan “tradisi bertemu inovasi”, produk tersebut berhasil menembus pasar nasional dan bahkan dipamerkan dalam pameran kuliner internasional.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana cita rasa lokal bisa berdampingan dengan gaya hidup digital. Opak singkong bukan lagi sekadar camilan rumahan, tapi menjadi bagian dari gerakan besar untuk mengangkat kuliner Nusantara ke level global.

Nilai Gizi dan Filosofi di Baliknya

Selain gurih dan lezat, opak singkong memiliki nilai gizi yang cukup baik. Singkong mengandung karbohidrat kompleks yang memberi energi bertahan lama, rendah lemak, dan bebas gluten. Tak heran jika camilan ini kini mulai dilirik oleh pencinta makanan sehat, terutama mereka yang menghindari gandum atau gluten.

Namun yang lebih menarik dari opak bukan hanya kandungan gizinya, melainkan filosofi yang terkandung di dalamnya: kesederhanaan yang bermakna. Ia tidak dibuat dengan bahan mahal, tapi menciptakan rasa yang membahagiakan. Sebuah pelajaran kecil bahwa kebahagiaan kadang datang dari hal-hal sederhana — seperti sepiring opak hangat di sore hari ditemani teh manis.

Di banyak keluarga pedesaan, opak juga sering dianggap simbol rezeki yang terus berputar. Bentuknya yang bulat melambangkan kehidupan yang penuh harapan dan kebersamaan. Tak heran jika dalam beberapa upacara adat, opak disajikan bukan hanya sebagai makanan, tapi juga sebagai persembahan dan simbol doa.

Kesimpulan Opak Singkong

Opak singkong adalah warisan kuliner yang bukan hanya lezat, tapi juga sarat makna. Dari proses pembuatannya yang sabar hingga cara ia beradaptasi dengan zaman, camilan ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Nusantara: sederhana, tekun, dan penuh rasa syukur.

Di era digital ini, opak singkong bukan sekadar camilan nostalgia. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan inovasi. Ketika dunia berubah begitu cepat, keberadaan opak singkong mengingatkan bahwa keaslian rasa dan nilai budaya adalah hal yang tak boleh hilang.

Mungkin, setiap kali menggigit opak renyah itu, seseorang sesungguhnya sedang meneguk secuil sejarah — dan menemukan bahwa rasa “Indonesia” tidak pernah benar-benar hilang, hanya menunggu untuk kembali dinikmati.

Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Food

Baca juga artikel lainnya: Basreng: Camilan Pedas Gurih yang Meledak Popularitasnya

Author

By siti