Wed. Nov 5th, 2025
Roti Rewena

Jakarta, odishanewsinsight.com – “Ini bukan sourdough biasa,” kata Mel, seorang chef berdarah Māori yang saya temui di Wellington. Di hadapannya, terhidang roti berwarna cokelat keemasan, beraroma asam manis samar, dan teksturnya… tidak seperti roti kebanyakan.

Nama roti ini adalah Roti Rewena (kadang dieja rewena bread atau para kaum Gen Z nyebutnya “fermented Māori bread”). Buat sebagian orang, mungkin belum familiar. Tapi buat suku Māori—penduduk asli Aotearoa (nama Māori untuk Selandia Baru)—roti ini lebih dari sekadar makanan. Ini adalah warisan, pengingat akan identitas, dan bentuk perlawanan lembut terhadap modernisasi total.

Saat saya mencicipinya pertama kali, saya jujur agak skeptis. Karena ya… fermented bread terdengar seperti sesuatu yang bakal “nyengat”. Tapi justru itu yang bikin dia beda. Roti rewena punya rasa yang kompleks: ada sedikit asam (hasil fermentasi kentang!), ada manis samar, ada gurih yang susah dijelaskan.

Dan yang lebih seru? Cara membuatnya benar-benar unik. Tidak ada yeast sachet dari supermarket. Rewena menggunakan fermentasi alami dari kentang rebus yang dihaluskan, dicampur tepung, dan dibiarkan selama beberapa hari hingga mengembang sendiri.

Sampai di sini kamu mungkin berpikir: ini sourdough Māori ya? Jawabannya… mirip, tapi bukan copy-paste. Mari kita gali lebih dalam.

Asal Usul Rewena—Seni Fermentasi ala Māori yang Bertahan dari Kolonialisme

Roti Rewena

Untuk memahami roti rewena, kita perlu jalan mundur ke abad ke-19.

Ketika para misionaris Eropa pertama kali tiba di Selandia Baru sekitar 1800-an, mereka membawa serta teknik pembuatan roti modern. Namun, suku Māori punya cara sendiri untuk menyerap dan mengadaptasi kebiasaan baru. Mereka menciptakan fermentasi berbasis parāoa rīwai (campuran tepung dan kentang) yang akhirnya jadi “starter” untuk rewena bread.

Rewena starter ini disebut rewena bug. Dan lucunya, tiap keluarga Māori sering punya “bug” sendiri yang diwariskan turun-temurun.

Sama kayak starter sourdough, bug rewena ini bisa “hidup” bertahun-tahun jika dirawat baik. Ada cerita tentang nenek di Rotorua yang menyimpan starter keluarga sejak tahun 1960-an. Bayangin, kamu makan roti dari kultur bakteri yang hidup lebih lama dari ayahmu. Gokil.

Roti rewena juga menjadi bentuk kemandirian pangan Māori di tengah kolonialisme. Saat bahan-bahan lain langka, mereka tetap bisa bikin roti dari hasil bumi lokal dan teknik fermentasi. Di sinilah rewena tidak hanya menjadi makanan, tapi simbol ketahanan budaya.

Cara Membuat Roti Rewena—Butuh Kesabaran, Tapi Worth It!

Kalau kamu tertarik bikin roti rewena di rumah, siapkan waktu dan niat. Ini bukan resep yang bisa kamu cicil 30 menit sambil nunggu Zoom meeting. Tapi buat saya pribadi, prosesnya justru bagian paling rewarding.

Bahan Starter “Rewena Bug”

  • 1 kentang ukuran sedang (kupas, potong, rebus)

  • 1 sdm gula

  • 1 gelas air rebusan kentang

  • 1/2 cangkir tepung terigu

Langkahnya? Haluskan kentang rebus, campur dengan gula, air rebusan, dan tepung. Masukkan ke wadah kaca. Tutup dengan kain bersih, taruh di tempat hangat. Biarkan 2–3 hari. Akan mulai muncul gelembung dan aroma asam ringan.

Membuat Adonan

  • Starter (sekitar 1/2 gelas)

  • 3 cangkir tepung terigu

  • 1 sdt garam

  • Air secukupnya

Campurkan semua bahan, uleni hingga kalis. Diamkan minimal 6 jam (atau semalam), sampai mengembang dua kali lipat. Panggang 30–40 menit di suhu 180–200°C.

Tips dari nenek-nenek Māori: jangan takut adonannya sticky. Itu normal. Dan jangan lupa kasih nama buat bug kamu. “Karena dia bagian dari keluarga,” kata Mel sambil tertawa.

Roti Rewena dalam Budaya Pop & Restoran Modern

Meskipun roti rewena adalah makanan tradisional, sekarang dia makin populer—bahkan di kalangan non-Māori. Banyak restoran hipster di Auckland dan Wellington mulai menyajikan rewena dalam bentuk modern: jadi burger bun, disajikan dengan keju artisan, atau dipadu kari fusion.

Tapi hati-hati, karena hal ini juga mengundang debat.

Beberapa komunitas Māori merasa rewena “dimodernisasi” tanpa konteks budaya yang tepat. “Jangan ambil makanannya tanpa ambil kisahnya,” ujar seorang aktivis Māori saat wawancara dengan stasiun radio lokal.

Di sisi lain, banyak anak muda Māori justru bangga melihat rewena tampil di spotlight. Salah satu contoh sukses adalah koki bernama Monique Fiso, yang mengangkat kuliner tradisional Māori ke restoran fine dining. Roti rewena sering masuk dalam menunya, disajikan dengan mentega seaweed dan garam manuka.

“Saya ingin rewena dikenang bukan hanya karena rasanya, tapi juga karena ceritanya,” kata Monique di TEDxWellington.

Buat kamu yang penasaran, bisa coba cari “Rewena bread Wellington” atau “Māori bakery” di Google Maps kalau suatu saat jalan-jalan ke Aotearoa.

Kenapa Rewena Layak Dikenal Dunia?

Roti Rewena

Di zaman di mana semua makanan bisa dikirim instan lewat aplikasi, rewena hadir sebagai pengingat bahwa ada nilai dalam slow food. Dalam dunia kuliner, rewena mewakili koneksi emosional, komunitas, dan kesabaran.

Apa yang Membuat Rewena Spesial?

  • Bukan sekadar teknik fermentasi
    Tapi hasil kolaborasi budaya, adaptasi kolonial, dan kreativitas lokal.

  • Mengajarkan hubungan dengan alam
    Starter rewena hidup, dan harus dijaga. Sama seperti relasi kita dengan lingkungan.

  • Bisa jadi media pembelajaran multigenerasi
    Kamu bisa bikin starter bareng anak, atau bikin proyek baking dengan teman. Bonus: rasanya enak!

Ingin Mulai?

Kalau kamu hobi bikin sourdough, rewena bisa jadi “adik sepupu” yang menarik. Tapi kalau belum pernah mainan fermentasi? Tenang. Starter rewena lebih toleran dan “pemula-friendly”.

Plus, kamu bisa bangga bilang: “Aku bikin roti fermentasi tradisional khas Māori lho.” Pasti bikin temanmu penasaran (dan mungkin iri dikit).

Penutup: Roti Rewena—Lebih dari Adonan, Ini Simbol yang Bisa Dimakan

Buat saya, rewena adalah salah satu contoh paling indah bagaimana makanan bisa menyimpan cerita. Ia tidak hanya bikin kenyang, tapi juga bikin berpikir. Tentang budaya. Tentang warisan Tentang bagaimana manusia merespons perubahan dengan kreativitas.

Dan di tengah dunia yang terus bergerak cepat, rewena mengajarkan satu hal penting: ada nilai dalam memperlambat langkah, mencium aroma adonan yang mengembang pelan-pelan, dan menghormati tradisi yang datang dari generasi sebelum kita.

Jadi, lain kali kamu merasa hidup terlalu terburu-buru, mungkin ini waktu yang pas untuk bikin starter rewena. Taruh di pojok dapur. Biarkan dia tumbuh. Dan ketika akhirnya kamu menyentuh roti hangat itu… kamu akan paham kenapa roti ini layak disebut “soul bread.”

Baca Juga Artikel dari: Loukoumades Camilan Manis Khas Yunani yang Menggoda

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Author