Jakarta, odishanewsinsight.com – Banyak yang mengenal Bulgogi Korea sebagai daging sapi panggang manis ala Korea. Tapi tahukah kamu, bulgogi punya sejarah yang panjang dan kaya rasa?
Di masa lampau, tepatnya sekitar era Tiga Kerajaan Korea, bulgogi dikenal dengan nama maekjeok. Saat itu, daging dipanggang langsung di atas bara api menggunakan tusuk panjang. Mirip sate, tapi versinya lebih ‘bangsawan’. Seiring waktu, maekjeok berevolusi menjadi neobiani, hidangan daging tipis yang direndam bumbu dan disajikan dalam jamuan istana selama Dinasti Joseon.
Neobiani menjadi lambang kemewahan. Dagingnya dipotong seragam, dibumbui dengan bahan premium, dan hanya disajikan untuk tamu penting atau keluarga kerajaan. Dari sinilah lahir inspirasi bulgogi modern.
Di zaman modern, nama “Bulgogi Korea” mulai digunakan pada pertengahan abad ke-20. Kombinasi kata “bul” (api) dan “gogi” (daging) menandakan cara memasaknya yang khas: dipanggang langsung atau ditumis dengan api panas, menghasilkan karamelisasi sempurna di permukaan daging.
Anehnya, meski dulunya eksklusif, kini bulgogi bisa ditemukan di mana saja—dari restoran mewah hingga gerobak kaki lima di Gangnam. Dan di Indonesia? Bulgogi sudah jadi menu wajib di restoran Korea, bahkan merambah dapur rumahan.
Resep Bulgogi – Cara Bikin Daging Korea yang Meleleh di Mulut
Membuat bulgogi di rumah? Gampang. Yang penting, kamu punya daging sapi yang empuk dan bumbu yang pas.
Bahan Utama:
-
250 gram daging sapi has luar (sirloin atau tenderloin), iris tipis melintang serat
-
2 sdm kecap asin
-
1 sdm gula pasir atau madu
-
1 sdm minyak wijen
-
1 siung bawang putih, cincang
-
½ buah bawang bombay, iris memanjang
-
1 batang daun bawang, iris serong
-
1 sdt biji wijen sangrai
-
1/3 buah pir Korea parut (opsional tapi sangat disarankan)
Cara Membuat:
-
Campurkan semua bahan ke dalam satu mangkuk besar. Aduk rata dan pastikan semua daging terlapisi bumbu.
-
Diamkan minimal 30 menit di kulkas. Kalau bisa, marinasi semalaman biar bumbunya meresap total.
-
Panaskan wajan anti lengket, tumis bulgogi tanpa tambahan minyak (karena sudah mengandung minyak wijen).
-
Masak hingga air menyusut dan daging sedikit kecokelatan.
-
Sajikan hangat dengan nasi putih, daun selada, dan sambal gochujang kalau suka pedas.
Tips: Jangan masak bulgogi terlalu lama. Daging sapi cepat matang. Kalau overcook, teksturnya jadi keras.
Fenomena Bulgogi di Indonesia – Bukan Sekadar Tren K-Pop
Jujur aja, sebagian besar dari kita mengenal makanan Korea karena demam K-Drama dan K-Pop. Tapi bulgogi sudah melampaui sekadar tren—ia kini jadi bagian dari gaya hidup kuliner urban.
Restoran Korea di Jakarta seperti Gyu-Kaku, Chung Gi Wa, atau Samwon House, menjadikan bulgogi sebagai menu wajib. Bahkan restoran all-you-can-eat pun menjadikannya bagian dari pengalaman Korean BBQ.
Di luar restoran, bulgogi masuk ke dapur-dapur rumahan lewat bumbu instan dalam kemasan. Dari swalayan besar sampai toko daring, kamu bisa beli “bulgogi sauce” dengan mudah.
Cerita unik datang dari keluarga Rahma di Bekasi. Sejak anaknya doyan nonton drakor, mereka rutin masak menu Korea tiap Minggu. “Awalnya cuma nyobain, sekarang malah tiap minggu kami bikin bulgogi,” ujarnya sambil tertawa.
Bulgogi Korea juga jadi favorit di kantin kampus dan kafe milenial. Nggak heran, karena rasanya familiar di lidah orang Indonesia—manis, gurih, dan beraroma khas. Mirip semur, tapi dengan sentuhan elegan.
Variasi Bulgogi Korea – Lebih dari Sekadar Daging Sapi
Meskipun versi klasiknya memakai daging sapi, bulgogi juga punya banyak variasi yang bisa disesuaikan dengan preferensi pribadi dan kebutuhan diet.
1. Dwaeji Bulgogi (Bulgogi Babi)
Biasa disajikan di restoran Korea non-halal. Menggunakan daging babi dengan bumbu yang lebih pedas, biasanya pakai pasta cabai Korea (gochujang).
2. Chicken Bulgogi
Versi ayam yang lebih ringan, cocok untuk kamu yang menghindari daging merah. Rasanya tetap nikmat, terutama kalau dimarinasi lama.
3. Bulgogi Vegan
Menggunakan tahu, jamur shitake, atau jamur tiram sebagai pengganti daging. Cocok untuk vegetarian atau yang sedang diet rendah kolesterol.
4. Bulgogi Bowl
Versi praktis ala kafe kekinian: nasi hangat + bulgogi + telur mata sapi + sayur tumis. Disajikan dalam mangkuk, enak dimakan kapan saja.
Bulgogi memang fleksibel. Ia bisa tampil mewah, tapi juga bisa hadir sederhana. Inilah yang membuatnya disukai lintas generasi dan kelas sosial.
Bulgogi sebagai Simbol Diplomasi Budaya Korea
Makanan bukan cuma soal rasa. Ia adalah medium budaya. Dan bulgogi adalah duta besar Korea dalam konteks kuliner global.
Ketika Korea Selatan mempromosikan negaranya lewat program “Korean Wave”, mereka nggak cuma jual musik dan drama. Mereka juga membawa makanannya ke dunia internasional. Dan bulgogi, bersama kimchi dan bibimbap, adalah trio kuliner yang paling dikenal.
Bahkan dalam jamuan kenegaraan, bulgogi kerap disajikan kepada tamu penting dari negara lain. Ini semacam “hello” dalam bentuk masakan—lembut, manis, dan bersahabat.
Di Indonesia sendiri, banyak festival Korea yang menampilkan demo masak bulgogi. Dari event kampus sampai pameran budaya di mal besar, menu ini nyaris selalu ada.
Seorang chef Korea pernah bilang, “Jika kamu ingin mengenal Korea, cicipilah bulgogi. Karena ia mencerminkan keseimbangan rasa, estetika, dan nilai-nilai keluarga.”
Kalimat itu mungkin berlebihan, tapi tidak sepenuhnya salah. Karena saat kita menyantap bulgogi, kita juga sedang mencicipi sepotong kisah Korea yang dibumbui waktu dan budaya.
Penutup: Bulgogi Korea, Lebih dari Sekadar Daging Panggang
Dari sejarah istana kuno hingga dapur kos di Jakarta, Bulgogi Korea telah menempuh perjalanan panjang. Ia bukan cuma makanan enak. Ia adalah jembatan budaya, simbol keramahan, dan bukti bahwa sesuatu yang sederhana bisa jadi sangat berkesan.
Kalau kamu belum pernah coba, mungkin inilah waktunya. Dan kalau kamu sudah cinta dengan Bulgogi Korea, yuk pelajari lebih banyak lagi soal masakan Korea lainnya. Karena dari satu gigitan, kita bisa menjelajahi dunia.
Selamat mencoba, dan semoga bulgogimu selalu lembut dan nendang!
Baca Juga Artikel dari: Apple Pie: Sajian Lezat yang Bikin Ketagihan!
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food