Tue. Jul 8th, 2025
Khao Pad

Di sebuah warung kecil dekat stasiun Hua Lamphong, Bangkok, saya pertama kali mencicipi Khao Pad yang sebenarnya. Penjualnya, seorang bapak paruh baya bernama Boonchai, memasak cepat sekali, seperti punya tangan keempat. Suara sendok besi melawan wajan panas jadi musik latar yang khas.

Saya tanya, “Ini pakai bumbu apa aja, Pak?”

Dia cuma senyum sambil menjawab,

“Khao Pad bukan soal bumbu… tapi soal tangan.”

Dan dari situlah saya paham. Khao Pad lebih dari nasi goreng. Ia adalah simbol keseharian masyarakat Thailand. Hidangan yang bisa ditemukan di pinggir jalan, food court, sampai restoran mewah. Tapi selalu dengan ciri yang sama: cepat, sederhana, penuh rasa.

Khao Pad (ข้าวผัด) secara harfiah berarti nasi goreng dalam bahasa Thailand. Tapi jangan bayangkan nasi goreng kecap atau pedas ala Indonesia. Nasi Goreng punya karakter sendiri—ringan, tidak terlalu berbumbu, tapi aromatik dan gurih. Sering disajikan dengan potongan timun segar, irisan jeruk nipis, dan cabai ikan asin (nam pla prik) di sisi piring.

Sekilas sederhana. Tapi justru di kesederhanaannya, Nasi Goreng mencuri hati.

Perbedaan Khao Pad vs Nasi Goreng Indonesia: Saudara Serumpun, Tapi Beda Selera

Khao Pad

Sebagai pembawa berita kuliner yang sering membandingkan makanan lintas budaya (dan ya, juga sebagai anak kosan yang pernah bikin nasi goreng tiga kali seminggu), saya bisa bilang: Khao Pad dan nasi goreng Indonesia itu kayak kakak-adik beda kepribadian.

🇮🇩 Nasi Goreng Indonesia:

  • Kental bumbunya: bawang putih, bawang merah, cabai, kecap manis

  • Warna gelap karena kecap

  • Cenderung manis-gurih-pedas

  • Tambahan seperti kerupuk, telur mata sapi, atau ayam suwir

🇹🇭 Khao Pad Thailand:

  • Lebih ringan bumbunya

  • Pakai fish sauce, light soy sauce, dan kadang gula sedikit

  • Biasanya dimasak dengan telur, daun bawang, dan protein (udang, ayam, kepiting)

  • Disajikan dengan jeruk nipis, timun, dan nam pla prik di sampingnya

Secara rasa, Khao Pad lebih “clean”. Bahkan nasi bekas kemarin pun bisa jadi sajian berkelas kalau tangan si koki udah terbiasa. Dan jangan salah, meski tanpa sambal terasi, Nasi Goreng bisa tetap nendang—asal ditambahkan dengan condiments khasnya.

Khao Pad dalam Kehidupan Sehari-hari Orang Thailand

Khao Pad

Kalau kamu jalan-jalan pagi di Bangkok, pasti akan lihat gerobak-gerobak kecil di pinggir jalan. Banyak yang menjual sarapan simpel—dan Khao Pad jadi favorit. Ini bukan makanan fancy, tapi makanan rakyat.

Seorang jurnalis lokal bernama Naree pernah bilang ke saya waktu liputan kuliner di Chiang Mai:

“Kalau kamu nggak sempat masak, pesan Nasi Goreng. Kalau nggak sempat makan siang, cari Khao Pad. Kalau bingung mau makan apa, jawabannya tetap: Khao Pad.”

Khao Pad bisa jadi “comfort food”, bisa jadi makanan darurat, bahkan bisa jadi sajian serius kalau diolah dengan daging kepiting atau udang besar. Tak heran banyak restoran Thai kelas atas yang punya varian Khao Pad Talay (dengan seafood premium) atau Khao Pad Poo (dengan daging kepiting asli).

Bagi orang Thailand, makan Khao Pad adalah hal yang akrab. Sama seperti kita makan mie instan atau bubur ayam—praktis, murah, dan memuaskan.

Inovasi Modern: Dari Khao Pad Vegan Hingga Fusion Western

Menariknya, Nasi Goreng juga ikut berevolusi seiring tren global. Di luar Thailand, banyak versi kreatif yang lahir, dan semuanya… menarik!

Beberapa varian yang populer:

  • Khao Pad Vegan: Ganti fish sauce dengan kecap asin, tambahkan jamur shiitake atau tofu. Cocok buat plant-based lifestyle.

  • Khao Pad Western-style: Tambahkan keju parmesan atau smoked beef—varian ini booming di kafe hipster Bangkok.

  • Khao Pad with Quinoa: Buat yang lagi diet, nasi diganti quinoa atau brown rice. Masih enak, surprisingly!

  • Khao Pad Tom Yum: Versi pedas yang memakai bumbu tom yum paste, cocok untuk pencinta rasa asam-pedas.

Bahkan beberapa restoran fusion di Jakarta dan Bali sudah menyajikan Nasi Goreng dengan gaya plating modern. Disusun seperti risotto, diberi garnish edible flower. Fancy, tapi tetap punya hati.

Dan jangan salah, meskipun sudah di-twist, esensi Nasi Goreng—yaitu rasa gurih, sedikit manis, dan aroma smoky dari wajan panas—tetap dipertahankan.

Penutup: Khao Pad, Hidangan Sederhana yang Punya Jiwa

Kalau kamu tanya, “Kenapa sih harus coba Khao Pad?” Jawaban saya simpel:

Karena ini bukan cuma makanan. Ini cerita. Ini budaya. Ini bentuk kasih sayang dalam satu piring yang hangat dan sederhana.

Nasi Goreng menunjukkan bahwa kelezatan gak harus mahal, gak harus rumit, dan gak harus mewah. Asal dimasak dengan sepenuh hati, pakai bahan yang ada, dan dinikmati dengan orang yang tepat—itulah Nasi Goreng versi terbaik.

Jadi, kapan terakhir kali kamu makan nasi goreng?

Mungkin sekarang saatnya naik level. Masak Nasi Goreng malam ini. Biar lidahmu jalan-jalan ke Thailand tanpa harus keluar rumah.

Baca Juga Artikel dari: Baklava: Manisnya Dessert Legendaris Turki yang Bikin Ketagihan!

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Author