Tue. May 20th, 2025
Protein Shake

Saya bukan tipikal orang yang suka minum sesuatu dari shaker besar. Awalnya, saya mikir protein shake itu cuma buat binaragawan atau orang-orang yang obsesif soal otot. Saya lebih suka makan makanan utuh dan jarang tertarik sama suplemen. Tapi semua berubah waktu saya mulai serius memperbaiki pola makan dan rajin olahraga.

Waktu itu saya lagi coba diet tinggi protein buat jaga massa otot sambil nurunin berat badan. Masalahnya, saya nggak sempat masak ayam dada tiap hari. Sering kali saya skip sarapan atau ngemil nggak jelas karena buru-buru. Teman gym saya lalu nyaranin protein shake. “Coba aja seminggu. Kalau nggak cocok, tinggal berhenti.”

Akhirnya saya coba. Hasilnya? Saya jatuh cinta. Bukan karena rasanya (jujur, beberapa rasa awalnya agak aneh), tapi karena praktisnya luar biasa dan dampaknya ke tubuh saya signifikan banget.

Apa Itu Protein Shake? Bukan Sekadar Minuman Otak-Otak

Protein Shake

Protein shake adalah minuman dengan kandungan protein tinggi, biasanya berasal dari whey (susu), kasein, atau protein nabati seperti kedelai, kacang polong, dan beras. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan protein harian, terutama buat orang yang aktif, sedang diet, atau susah memenuhi kebutuhan protein lewat makanan biasa.

Biasanya datang dalam bentuk bubuk (powder) yang dicampur air, susu, atau bahkan smoothies. Ada juga yang dalam bentuk siap minum (RTD – ready to drink).

Beberapa jenis protein shake yang saya kenal dan pernah coba:

  • Whey protein isolate: cepat diserap, cocok setelah olahraga

  • Whey protein concentrate: lebih murah, masih ada laktosa

  • Casein: lambat diserap, cocok diminum sebelum tidur

  • Protein nabati: buat yang vegan atau lactose intolerant

Manfaat Protein Shake dalam Diet Saya

Sejak memasukkan protein shake dalam rutinitas makan harian, saya merasakan perubahan lifestyle yang cukup nyata. Berikut beberapa manfaat yang saya alami:

1. Ngemil Jadi Nggak Sembarangan

Dulu kalau lapar sore-sore, saya pasti lari ke gorengan atau mie instan. Sekarang, saya tinggal kocok protein shake rasa cokelat dan cukup bikin kenyang sampai makan malam.

2. Bantu Turunkan Berat Badan

Protein bikin kenyang lebih lama. Saya jadi nggak craving makanan berat terus-terusan, dan akhirnya berat turun tanpa kelaparan.

3. Recovery Setelah Olahraga Jadi Lebih Cepat

Biasanya habis angkat beban, badan saya pegal sampai dua hari. Setelah rutin minum protein shake post-workout, recovery saya jadi jauh lebih cepat.

4. Otot Nggak Mengendur Saat Defisit Kalori

Ini penting. Waktu diet defisit kalori, saya tetap jaga massa otot karena asupan proteinnya tetap tinggi.

5. Praktis!

Ini sih yang paling nyangkut. Bikin makan sehat jadi lebih realistis walau jadwal padat.

Berapa Banyak Protein yang Dibutuhkan?

Ini pertanyaan klasik. Jawabannya? Tergantung. Tapi sebagai patokan umum:

  • Orang biasa: 0,8–1 gram per kg berat badan

  • Orang aktif/olahraga: 1,2–2 gram per kg berat badan

  • Orang yang ingin menambah massa otot: bisa lebih tinggi

Saya sendiri punya berat badan 65 kg dan target protein harian saya sekitar 100–120 gram, tergantung apakah saya sedang defisit atau maintenance. Protein shake bantu saya memenuhi sekitar 30–50 gram per hari, sisanya dari makanan.

Kapan Waktu Terbaik Minum Protein Shake?

Awalnya saya kira protein shake itu cuma diminum setelah nge-gym. Tapi ternyata, ada beberapa waktu ideal untuk konsumsi tergantung kebutuhan kamu:

  • Pagi hari: kalau kamu skip sarapan atau buru-buru

  • Setelah olahraga: untuk pemulihan otot

  • Sebelum tidur: kalau pakai casein, bagus buat jaga otot selama tidur

  • Sebagai pengganti camilan sore

  • Setelah puasa (misalnya puasa intermittent): buat isi energi cepat

Saya biasa minum satu shake pagi-pagi sebelum berangkat kerja. Kadang kalau habis workout sore, saya bikin satu lagi pakai air dingin plus pisang.

Bahan yang Harus Diperhatikan dalam Protein Shake

Nggak semua protein shake diciptakan sama. Saya sempat salah pilih dan malah kena jerawat karena isinya terlalu banyak gula dan pengawet.

Berikut yang perlu diperhatikan:

  • Jumlah protein per sajian: idealnya 20–30 gram

  • Kandungan gula: sebaiknya di bawah 5 gram

  • Jenis pemanis: kalau terlalu banyak aspartam atau sakarin, kadang bikin kembung

  • Adanya enzim pencerna (misal: lactase) buat yang punya masalah pencernaan

  • Bahan tambahan alami lebih aman dari yang penuh zat kimia

Saya sekarang pakai merk yang berbasis whey isolate, rendah gula, dan tanpa pewarna buatan. Beberapa orang juga suka pakai protein vegan berbasis kacang polong, yang lebih ramah ke lambung.

Banyak rekomendasi terpercaya soal perbandingan produk-produk ini bisa kamu temukan juga di artikel Hello Sehat — mereka cukup sering update informasi nutrisinya dengan pendekatan medis yang netral dan mudah dimengerti.

Cara Bikin Protein Shake yang Enak (Dan Nggak Bikin Eneg)

Banyak orang yang baru pertama coba protein shake bilang, “Rasanya kayak kapur!” Saya juga ngalamin hal itu waktu pertama. Tapi sekarang, saya punya beberapa trik biar protein shake jadi enak:

  1. Campur dengan es batu dan blender: bikin teksturnya creamy

  2. Tambahkan buah: pisang, stroberi, atau mangga bisa kasih rasa segar

  3. Gunakan susu almond atau oat milk: lebih creamy dari air biasa

  4. Tambahkan kayu manis, bubuk kakao, atau kopi instan

  5. Jangan pakai terlalu banyak air: supaya rasa nggak hambar

Saya punya favorit pribadi:
1 scoop whey cokelat + 1 pisang beku + 200 ml susu oat + es batu + bubuk kayu manis
Diblender, dan rasanya kayak milkshake sehat!

Kesalahan yang Saya Pernah Lakukan (dan Sebaiknya Kamu Hindari)

Waktu awal-awal minum protein shake, saya sempat salah paham:

  • Minum protein shake tapi nggak jaga kalori total
    Saya pikir minum ini otomatis bikin kurus. Padahal kalau total kalori masih surplus, ya tetap naik berat badan.

  • Minum terlalu banyak
    Saya pernah sampai 3 scoop sehari. Akhirnya malah kembung dan diare karena overload protein.

  • Ganti semua makanan dengan shake
    Ini diet ekstrem. Tubuh tetap butuh serat, vitamin, dan karbohidrat dari makanan nyata.

  • Nggak minum cukup air
    Protein tinggi tanpa air bisa ganggu ginjal. Sekarang saya pastikan minum minimal 2 liter sehari.

Jadi, protein shake itu suplementasi, bukan pengganti pola makan sehat.

Apa Protein Shake Cocok untuk Semua Orang?

Secara umum, ya. Tapi ada beberapa kondisi yang perlu pertimbangan:

  • Penderita gangguan ginjal sebaiknya konsultasi dokter dulu

  • Orang dengan alergi susu/laktosa harus pilih jenis non-dairy atau plant-based

  • Anak-anak dan ibu hamil butuh pertimbangan nutrisi yang lebih ketat

Kalau kamu merasa bloating atau jerawatan setelah minum shake, coba ganti jenis atau merk-nya. Banyak alternatif yang lebih ringan dan alami sekarang.

Pengalaman Teman Saya yang Gagal karena Salah Paham Protein Shake

Teman saya pernah diet ketat dengan 2 protein shake sehari dan satu makan besar. Hasilnya? Berat memang turun cepat, tapi dia lemas, susah fokus, dan akhirnya berat badannya naik dua kali lipat setelah diet selesai.

Ternyata dia kurang asupan serat, lemak sehat, dan nutrisi mikro lain yang nggak ada di shake. Ini mengingatkan saya bahwa diet bukan hanya soal kalori dan protein, tapi keseimbangan.

Protein shake itu membantu, tapi bukan satu-satunya solusi.

Bagaimana Saya Menyisipkan Protein Shake dalam Pola Hidup Sehari-hari

Saya nggak punya waktu buat meal prep setiap hari. Tapi sekarang, dengan protein shake, saya tetap bisa jaga gizi tanpa ribet:

  • Pagi: Shake plus sepotong roti gandum

  • Sore: Shake pas lapar tapi belum waktunya makan malam

  • Setelah olahraga: Shake + pisang + air dingin

Kadang saya juga pakai sebagai bahan overnight oats atau dicampur dalam pancake. Lebih fleksibel dari yang saya kira.

Kesimpulan: Protein Shake Bukan Sulap, Tapi Solusi Realistis

Kalau kamu lagi berjuang memperbaiki pola makan, menurunkan berat badan, atau sekadar ingin hidup lebih sehat tanpa ribet, protein shake bisa jadi alat bantu yang luar biasa. Tapi ingat, tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh kamu, dan bukan pengganti makan utuh sepenuhnya.

Saya nggak pernah mengira akan memasukkan suplemen ke dalam rutinitas harian saya. Tapi sekarang? Saya malah merekomendasikan ini ke banyak teman yang kesulitan memenuhi kebutuhan protein. Praktis, fleksibel, dan kalau tahu cara mengolahnya—rasanya pun bisa enak banget!

Jaga kesehatan dan kebugaran dengan lakukan: Lari Pagi Sore: Olahraga Ringan yang Menyegarkan Tubuh

Author