Playground Kemang, sebagai seorang pembawa berita yang lebih sering berkutat dengan politik dan laporan lapangan, saya jarang mengira bahwa suatu sore akan mengubah cara pandang saya terhadap tempat bermain anak. Ceritanya begini: hari itu hujan deras di daerah Blok M, dan jadwal liputan yang seharusnya selesai jam tiga molor tanpa ampun. Istri saya menelpon, agak panik. Anak kami, Damar—4 tahun, sedang cranky. Katanya bosan di rumah terus.
“Main ke mana ya? Tapi jangan yang jauh-jauh,” katanya.
Entah kenapa, saya terpikir Kemang. Area ini memang terkenal dengan kafe hipster dan butik independen. Tapi ada satu hal yang saya ingat dari liputan tahun lalu: sebuah taman bermain anak yang tersembunyi di balik kafe dan hiruk pikuk jalan kecilnya—Playground Kemang.
Tanpa rencana matang, saya pun menyetir ke arah sana. Dan ternyata, itu adalah keputusan yang membuat saya menulis artikel ini. Tempat ini bukan cuma playground. Ini adalah oasis anak-anak di tengah kota, yang—jujur saja—jarang dibahas media arus utama. Jadi, mari kita bahas.
Mengenal Playground Kemang: Lokasi, Akses, dan First Impression

Playground Kemang terletak di Jalan Kemang Dalam 10A, Jakarta Selatan. Kalau kamu familiar dengan Kemang Village atau area Como Park, kamu akan menyadari bahwa ini kawasan yang cukup elite tapi surprisingly ramah anak. Tempat bermain ini seperti taman rahasia. Terlindung pepohonan rindang, dengan pagar kayu dan papan nama sederhana—tidak mencolok, tapi justru itu pesonanya.
Saat saya sampai, udara terasa lebih segar dari Jakarta pada umumnya. Entah karena banyak pohon atau karena angin sore yang bersahabat. Begitu masuk, Damar langsung berlari ke arah jembatan gantung kecil yang terbuat dari tali tambang. Saya mengamati sekitar: ada area bermain pasir, seluncuran kayu, jungkat-jungkit, bahkan zipline mini yang cukup aman untuk anak usia TK.
Dibandingkan dengan playground indoor seperti Kidzania atau Miniapolis, Playground Kemang ini menawarkan suasana luar ruangan yang lebih organik. Tidak ada AC, tidak ada musik latar komersial. Hanya suara anak-anak bermain dan daun-daun bergerak ditiup angin.
Beberapa keluarga tampak duduk santai di bangku panjang yang tersebar di tepi taman. Ada yang membawa camilan dari rumah, ada pula yang delivery kopi dari kafe terdekat. Playground ini memang mengizinkan pengunjung membawa makanan dari luar—selama tetap menjaga kebersihan.
Wahana dan Fasilitas: Apa yang Bikin Playground Kemang Istimewa?
Satu hal yang saya pelajari dari jadi ayah: anak-anak nggak butuh wahana spektakuler seperti roller coaster atau VR simulator. Mereka hanya butuh ruang aman untuk eksplorasi. Dan Playground Kemang paham betul soal itu.
Zona Bermain Anak Usia Dini
Untuk balita, area ini dilengkapi ayunan yang bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh, permainan panjat kecil, dan mainan sensorik sederhana. Ada juga area pasir dengan mainan excavator mini yang jadi rebutan anak-anak.
Struktur Panjat dan Tali-Talian
Anak usia 5 tahun ke atas pasti akan betah di zona ini. Ada jaring laba-laba untuk dipanjat, titian kayu, dan tiang panjat miring yang menantang keseimbangan. Ini bukan permainan sembarangan. Menurut instruktur outdoor play yang sempat saya wawancarai sebelumnya, struktur seperti ini penting untuk perkembangan motorik kasar anak.
Lapangan Terbuka dan Zona Piknik
Berbeda dengan playground mall yang seringkali sempit, Playground Kemang punya area terbuka luas. Beberapa keluarga menggelar tikar sambil membaca buku atau makan siang. Bahkan ada yang bermain bola ringan bersama.
Kebersihan dan Keamanan
Salah satu hal yang membuat saya tenang: seluruh area sangat terawat. Sampah jarang terlihat, alat bermain tampak rutin dicek, dan ada staf yang berjaga di pos depan. Bahkan toilet-nya bersih, punya tempat ganti popok, dan air mengalir deras. Percayalah, ini penting banget kalau kamu datang dengan batita.
Bukan Sekadar Taman Bermain: Komunitas dan Aktivitas Edukatif
Di luar ekspektasi saya, Playground Kemang juga jadi pusat berkumpul komunitas parenting dan outdoor activity. Saat kunjungan kedua saya ke sana (iya, saya balik lagi minggu depannya), ada kelas yoga ibu dan anak yang sedang berlangsung di salah satu sudut taman. Di sisi lain, tampak sekelompok anak bermain sambil belajar membuat prakarya dari barang daur ulang.
Saya sempat ngobrol dengan Mbak Tari, seorang pengunjung rutin yang mengelola komunitas “Main Luar Yuk.” Katanya, “Playground ini bukan cuma tempat main, tapi juga tempat belajar toleransi, empati, dan keberanian. Anak-anak saling kenal, saling bantu. Orang tuanya pun terbuka.”
Sesi storytelling juga sering diadakan, biasanya sore hari. Seorang relawan membacakan cerita anak-anak di bawah pohon besar sambil mengenakan topi karakter. Saya menyaksikan Damar duduk dengan tenang mendengarkan kisah tentang kura-kura yang suka membaca buku. Sebuah pemandangan langka bagi anak yang biasanya susah diam.
Kehangatan seperti inilah yang tidak selalu bisa ditiru oleh tempat bermain indoor. Komunitasnya hidup, dan interaksi terjadi secara alami.
Tips Kunjungan dan Hal-hal yang Perlu Disiapkan

Berencana mengunjungi Playground Kemang dalam waktu dekat? Berikut beberapa tips berdasarkan pengalaman saya (dan sedikit masukan dari pengunjung lainnya):
Datang Pagi atau Menjelang Sore
Cuaca Jakarta bisa jadi sangat panas. Waktu terbaik untuk datang adalah antara jam 08.00–10.00 pagi atau pukul 15.30–17.30 sore. Selain lebih teduh, suasananya juga lebih hidup.
Bawa Alas Duduk dan Camilan
Meski ada beberapa bangku, tapi akan lebih nyaman kalau kamu bawa tikar sendiri. Anak bisa istirahat setelah main. Dan jangan lupa camilan sehat, karena bermain di luar itu nguras energi.
Pakaikan Baju Nyaman dan Sepatu Tertutup
Tanah di area pasir atau rumput bisa lembap. Hindari sandal licin. Sepatu sneakers atau kets lebih cocok untuk lari-larian.
Cek Jadwal Kegiatan
Kadang Playground Kemang mengadakan event komunitas, workshop seni, atau kelas musik. Kamu bisa cek akun Instagram mereka @playgroundkemang sebelum berangkat.
Playground Kemang dalam Konteks Urban Living
Menarik sekali menyadari bagaimana sebuah playground sederhana bisa punya dampak besar terhadap gaya hidup urban keluarga Jakarta. Di tengah tekanan pekerjaan, kemacetan, dan over-exposure gadget, Playground Kemang hadir sebagai ruang transisi. Tempat untuk berhenti sejenak. Untuk terkoneksi—bukan hanya dengan anak, tapi juga dengan sesama orang tua.
Saya sempat berbincang dengan Pak Haris, seorang arsitek yang rutin datang bersama dua putrinya setiap minggu pagi. “Dulu kami sering ke mall. Tapi sekarang, setelah kenal tempat ini, anak-anak lebih pilih main ke sini. Mereka bisa berinteraksi langsung dengan alam, dan itu priceless.”
Rasa keterhubungan ini penting. Di saat banyak keluarga hidup dalam ruang digital, tempat seperti Playground Kemang mengingatkan kita pada nilai kebersamaan yang lebih organik. Dan di situlah letak keistimewaannya.
Penutup: Lebih dari Sekadar Tempat Main
Playground Kemang mungkin tidak megah. Tidak ada roller coaster, tidak ada food court besar, bahkan kadang hujan bisa menggagalkan rencana bermain. Tapi justru itu kekuatannya.
Tempat ini mengembalikan esensi dari bermain: bebas, spontan, dan penuh interaksi. Anak-anak tidak hanya bermain, tapi juga belajar hidup. Mereka jatuh, mereka mencoba lagi. Mereka berebut mainan, lalu belajar meminta maaf.
Dan sebagai orang tua—atau jurnalis yang kebetulan jadi sopir anak tiap Sabtu sore—saya merasa tempat seperti ini bukan hanya penting, tapi perlu dilestarikan.
Kalau kamu tinggal di Jakarta dan merasa anakmu butuh ruang untuk jadi dirinya sendiri, untuk berkeringat, tertawa, dan berimajinasi, maka Playground Kemang patut ada di daftar kunjunganmu.
Jangan tunggu terlalu lama. Karena kebahagiaan masa kecil tak bisa ditunda.
Baca Juga Artikel dari: Longsheng Rice Terraces: Pesona Alam yang Tak Terlupakan
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Travel
