Tue. Jul 8th, 2025
Ghormeh Sabzi

Pernah nggak sih kamu mencicipi sesuatu yang terasa… nostalgic padahal kamu belum pernah ke tempat asalnya? Itulah yang saya rasakan waktu pertama kali makan Ghormeh Sabzi. Suapan pertama, aroma herbalnya langsung nyerang hidung. Lalu datang rasa asam segar dari dried lime, disusul keempukan daging sapi yang meleleh di mulut.

Waktu itu saya nggak sedang berada di Teheran atau Shiraz. Saya duduk di pojok restoran kecil di Jakarta Selatan, ditemani seorang teman lama, Amir, yang berasal dari Iran. Ia bilang,

“Kalau di rumah saya, Ghormeh Sabzi itu bukan cuma makanan. Itu perasaan. Itu rumah.”

Ghormeh Sabzi adalah salah satu kuliner paling ikonik dari Iran. Saking pentingnya, banyak yang menyebutnya sebagai “hidangan nasional Iran”. Kalau kamu belum pernah dengar, wajar. Karena memang belum banyak restoran di Indonesia yang menyajikannya. Tapi kalau kamu menyukai makanan dengan rasa dalam, aromatik, dan penuh emosi, kamu wajib banget kenalan sama masakan satu ini.

Asal-Usul Ghormeh Sabzi — Ketika Sejarah, Rempah, dan Identitas Bertemu

Ghormeh Sabzi

Nama “Ghormeh Sabzi” sendiri punya arti literal yang cukup sederhana:

  • Ghormeh: daging rebus (biasanya sapi atau domba)

  • Sabzi: sayuran hijau atau rempah daun-daunan

Tapi jangan salah. Meskipun terdengar sederhana, rasa dan proses masaknya luar biasa kompleks.

Jejak Sejarah yang Dalam

Menurut ahli sejarah kuliner Iran, jejak awal Ghormeh Sabzi bisa ditelusuri sejak zaman Kekaisaran Persia, lebih dari 2.000 tahun lalu. Awalnya adalah makanan rumahan para petani dan penggembala. Mereka mengolah apa yang ada: sayur hijau liar, daging potong segar, dan jeruk limau kering—semuanya dimasak perlahan dalam pot tanah liat.

Menariknya, meskipun kini Ghormeh Sabzi sudah modern dan urban, esensinya tetap sama: perlahan, sabar, dan menyatu. Di banyak rumah Iran, Ghormeh Sabzi dibuat setiap akhir pekan. Biasanya oleh ibu atau nenek—yang hafal betul cara menakar fenugreek dan membiarkan daun peterseli menghitam tapi tidak pahit.

Makanan ini juga sering muncul di perayaan Nowruz (Tahun Baru Persia), pertemuan keluarga, bahkan kadang jadi simbol nostalgia bagi diaspora Iran yang tinggal di luar negeri.

Resep Ghormeh Sabzi — Satu Panci Cinta yang Harus Dimasak dengan Hati

Nah, buat kamu yang penasaran pengin coba bikin sendiri Ghormeh Sabzi di rumah, saya udah dapatkan resep dari Amir. Versi ini sudah disesuaikan biar gampang dibuat di dapur Indonesia. Jangan kaget kalau dapur kamu nanti harum kayak pasar rempah Esfahan ya!

Bahan-Bahan:

Sayuran dan rempah (sabzi):

  • 1 cup daun peterseli cincang halus

  • 1 cup daun bawang (bagian hijau) atau leek, cincang

  • ½ cup daun ketumbar (opsional)

  • 1 sdm fenugreek kering (daun kasuri methi)

Komponen utama:

  • 300-400 gr daging sapi (brisket atau bagian berlemak)

  • 1 bawang bombay besar, cincang

  • 1 sdm pasta tomat

  • 2 buah dried lime (limoo amani) atau ganti jeruk nipis kering

  • 1 cup kacang merah rebus (bisa pakai kalengan)

  • Garam, merica, kunyit secukupnya

  • Minyak untuk menumis

Cara Membuat:

  1. Tumis semua sayuran hijau cincang (sabzi) sampai warnanya gelap dan aromanya keluar—ini penting! Proses ini bisa makan waktu 20 menit. Jangan buru-buru.

  2. Dalam panci terpisah, tumis bawang bombay hingga karamel, tambahkan daging dan kunyit, aduk hingga daging berubah warna.

  3. Masukkan pasta tomat, aduk, lalu tambahkan air secukupnya dan dried lime yang sudah ditusuk-tusuk.

  4. Setelah mendidih, masukkan sayuran yang sudah ditumis tadi dan kacang merah.

  5. Kecilkan api, dan biarkan mendidih perlahan 1,5 hingga 2 jam. Tambah air jika perlu.

  6. Sajikan dengan nasi Iran (chelow) atau nasi putih biasa, dan sedikit mentega di atasnya.

Gue tahu, prosesnya panjang. Tapi trust me, worth it banget. Karena rasa dari Ghormeh Sabzi itu bukan rasa satu jam. Dia rasa 2000 tahun sejarah yang masuk ke lidah lo.

Rahasia Kenapa Ghormeh Sabzi Selalu Bikin Kangen

Ghormeh Sabzi

Ada makanan yang bikin kenyang. Ada juga makanan yang bikin pulang. Ghormeh Sabzi termasuk yang kedua.

Menurut banyak diaspora Iran, Ghormeh Sabzi adalah semacam penanda emosi. Seperti ketika kita orang Indonesia rindu sama rawon atau rendang saat tinggal di luar negeri.

“Waktu saya kuliah di Paris, saya nangis cuma karena cium aroma Ghormeh Sabzi dari restoran kecil di Rue de Charenton,” kata Nazanin, seorang mahasiswi asal Tehran yang saya temui di acara kuliner diaspora.

Alasannya? Ghormeh Sabzi adalah rasa rumah.

Wangi fenugreek, rasa asam khas dari limoo amani, dan rasa daging yang sudah menyatu dengan sayuran selama berjam-jam—semua itu seperti surat cinta dari masa kecil. Ia mengingatkan pada tawa di meja makan, suara ibu yang meracik bumbu, dan panasnya dapur rumah di musim dingin.

Selain itu, Ghormeh Sabzi juga menyimpan filosofi: kesabaran. Dalam dunia yang serba instan, masakan ini ngajarin kita untuk pelan-pelan, untuk membiarkan rasa berkembang, bukan memaksanya.

Ghormeh Sabzi di Panggung Dunia — Saat Rasa Timur Tengah Masuk Radar Global

Beberapa tahun terakhir, makanan Timur Tengah mulai naik daun di dunia kuliner global. Mulai dari hummus, shakshuka, hingga kebab Aleppo. Tapi sayangnya, Ghormeh Sabzi masih belum banyak dikenal di luar komunitas Iran. Padahal, secara rasa, ia bisa bersaing dengan ragam stew dan curry dari berbagai belahan dunia.

Tapi itu mulai berubah.

Beberapa Jejak Global Ghormeh Sabzi:

  • Di New York, restoran “Shabestan” bahkan mengklaim bahwa 30% pengunjung mereka adalah orang non-Iran yang penasaran dengan Ghormeh Sabzi.

  • Di London, food blogger ternama, Melissa Thompson, sempat bikin review video khusus tentang Ghormeh Sabzi yang ditonton lebih dari 1 juta kali di TikTok.

  • Di Instagram, tagar #GhormehSabzi sudah tembus 500.000 postingan, banyak di antaranya dari non-Iran yang baru pertama kali nyoba dan langsung jatuh cinta.

Jadi bisa dibilang, Ghormeh Sabzi adalah hidden gem yang sedang menuju spotlight. Sama seperti dulu kimchi dan pho butuh waktu bertahun-tahun buat jadi “mainstream”, sekarang giliran stew Persia ini naik panggung.

Dan mungkin, kalau kamu buka restoran kecil dengan sajian Ghormeh Sabzi yang otentik, bisa aja jadi pelopor tren baru kuliner Timur Tengah di Indonesia. Who knows?

Penutup: Satu Mangkok, Seribu Cerita

Ghormeh Sabzi bukan sekadar makanan.

Ia adalah semangkuk cerita. Tentang rumah yang jauh, tentang cinta yang dimasak perlahan, tentang identitas yang disimpan dalam rasa.

Kalau kamu belum pernah coba, saya sarankan: coba sekali. Masak sendiri atau cari restoran Persia terdekat. Duduk, hirup aromanya, dan biarkan rasa itu membawa kamu ke tempat yang belum pernah kamu datangi—tapi entah kenapa terasa familiar.

Dan siapa tahu, kamu jadi salah satu orang yang membantu mengenalkan masakan Persia ke dunia. Karena seperti kata Amir sambil nyendok Ghormeh Sabzi-nya ke piring nasi,

“Kalau kamu suka rendang, kamu pasti bisa cinta Ghormeh Sabzi. Rasa sabarnya mirip.”

Baca Juga Artikel dari: Knafeh: Lezatnya Dessert Timur Tengah yang Meleleh di Lidah!

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Author